Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemangkasan Suku Bunga BI Bakal Disusul Stimulus Fiskal?

Kompas.com - 21/02/2020, 11:49 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen pada Kamis (20/2/2020).

Pemotongan suku bunga ini membuat BI bergabung dengan bank-bank sentral negara China, Malaysia, dan Thailand yang telah menjalankan pelonggaran kebijakan moneter pada 2020.

Pemangkasan suku bunga BI juga diikuti oleh pelonggaran Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM), khususnya melalui perluasan pendanaan dan bidang pembiayaan untuk cabang bank asing.

Baca juga: BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 4,75 Persen

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan, langkah Bank Indonesia menunjukkan jelas sebagai respon merebaknya wabah virus corona (COVID-19) yang dilihat BI sebagai risiko bagi perekonomian Indonesia melalui 4 saluran.

Satria bilang, dalam pernyataan kebijakannya, BI menyebut wabah virus corona membuat bank sentral benar-benar khawatir atas dampak negatifnya terhadap ekonomi riil.

Padahal kekhawatiran tersebut tak disebut sama sekali selama pertemuan moneter pada 22-23 Januari 2020.

Namun, Gubernur BI Perry Warjiyo berpendapat perlambatan ekonomi akan berbentuk V-shape, memprediksi setiap perlambatan pertumbuhan di kuartal I 2020 akan diikuti oleh rebound cepat di semester kedua.

"Oleh karena itu, pelonggaran terbaru bisa menjadi "insurance cut". BI menilai virus corona akan memang mengganggu rantai pasokan global namun dalam jangka pendek, sebenarnya tidak akan menyebabkan kerusakan pada fundamental ekonomi jangka panjang Indonesia," jelas Satria dalam laporannya, Jumat (21/2/2020).

Baca juga: BI Revisi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 Akibat Corona

Satria menuturkan, hal itu berarti BI mungkin perlu jeda lama sebelum menurunkan suku bunga lagi.

"Kami memperkirakan pemotongan suku bunga 25 basis poin (bps) akan diluncurkan pada 2H20," jelas Satria.

Selain itu Satria memprediksi, stimulus fiskal baru kemungkinan bakal diluncurkan minggu depan.

Hal tersebut juga dilakukan oleh 2 negara paling terdampak, China dan Singapura, yang melakukan pelonggaran moneter diikuti dengan stimulus fiskal.

"Dan kami memprediksi hal yang sama akan terjadi. Kementerian Keuangan sudah mengisyaratkan niatnya untuk melakukan stimulus fiskal," ucap Satria.

Baca juga: Dampak Virus Corona, Sri Mulyani: Ekonomi China Turun 1 Persen, RI Bisa Turun hingga 0,6 Persen

Di antara stimulus fiskal yang dipertimbangkan antara lain, perluasan kartu sembako dengan tambahan anggaran Rp 3,8 triliun dan pengaktifan kembali subsidi untuk pembayaran bunga hipotek perumahan senilai Rp 1.5 triliun.

"Selain itu, stimulus fiskal bisa berupa pengantar insentif baru untuk sektor pariwisata, khususnya untuk maskapai penerbangan lokal dan agen perjalanan, serta perpanjangan tunjangan pengangguran dan pelatihan," ungkap Satria.

Seperti diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan setiap penurunan 1 persen dalam pertumbuhan ekonomi China akan menghasilkan penurunan 0,3 persen hingga 0,6 persen di Indonesia, sebagian besar melalui investasi, ekspor komoditas, impor non migas, dan saluran pariwisata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com