Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: PLN dan Pertamina Sumbang 70 Persen Masalah di BUMN

Kompas.com - 21/02/2020, 19:28 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Senior Faisal Basri mengatakan 70 persen masalah di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berasal dari 2 BUMN besar, yakni PT PLN (Persero) dan PT Pertamina.

Dia berseloroh, permasalahan di perusahaan-perusahaan BUMN akan lebih baik bila masalah di perusahaan listrik negara dan perusahaan migas itu bisa diselesaikan.

"PLN dan Pertamina ini, itu 70 persen dari masalah di BUMN. Dua (perusahaan) ini bagus, selesai BUMN lainnya tidak masalah," kata Faisal di Jakarta, Jumat (21/2/2020).

Faisal menuturkan, pemerintah mesti memperkokoh dua perusahaan besar itu agar banyak masalah di BUMN terselesaikan. Pemerintah juga dituntut untuk konsisten menjalankan kebijakan.

"70-80 persen di sini, tapi di sinilah yang harus kita perkokoh. Kemudian konsisten menjalankan kebijakan. Jadi ayodong kita tertib. Kasihan PLN kasihan Pertamina. Wah dikit-dikit problem dan macet-macet gitu," ungkap Faisal.

Baca juga: Politisi Jadi Komisaris BUMN, Erick Thohir: Tak Ada yang Dilanggar

Kendati demikian, Faisal bilang masalah tersebut bukan karena salah PLN maupun Pertamina. Dia kemudian menyoroti utang pemerintah kepada 2 perusahaan pelat merah itu. Bila digabung, utang pemerintah melebihi Rp 100 triliun.

"Kasihan anak kandung kita sendiri BUMN itu harus sehat. Sedangkan pemerintah belum bayar utang pertamina Rp 75 triliun, dan ke PLN sampai akhir tahun ini Rp 83 triliun. Sekali lagi, ini bukan salah Pertamina atau PLN," ucapnya.

Piutang yang diberikan kepada pemerintah itu, kata Faisal, merupakan salah satu yang menyumbang masalah. Sebab, piutang tersebut membuat dua BUMN besar terseok-seok meski laporan keuangan perusahaan terlihat baik-baik saja.

"Jadi zaman Pak Sofyan Basir (mantan Direktur Utama PLN) oke-oke saja. Laporan keuangannya baik. Karena apa? Karena piutang pemerintah dimasukkan ke pendapatan, jadi untung. Padahal krisis likuiditas," beber Faisal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com