Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Corona dan Pilpres AS Pertanda "Black Swan", Indonesia Harus Waspada

Kompas.com - 21/02/2020, 20:16 WIB
Ade Miranti Karunia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom dari BCA, David Sumual memastikan ada dua hal pemicu yang bakal membuat perekonomian secara global bergejolak.

Pertama, saat pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat 2020 nanti dan virus corona yang kini mewabah.

"Ini dua hal 'black swan' yang harus kita waspadai. Peristiwa 'black swan' tapi dampaknya besar ini, sudah beberapa kali terjadi," kata dia di Menara Kompas, Jakarta, Jumat (21/2/2020).

Virus Corona ini sebagai angsa hitam alias sesuatu yang langka dan memiliki dampak besar terhadap perekonomian dunia. Sebutan ini mengacu pada teori Black Swan-nya Nicholas Thaleb yang ditulis dalam bukunya berjudul The Black Swan pada tahun 2007 lalu.

Baca juga: Jepang Terancam Alami Resesi, Mengapa?

Bahkan, kekhawatiran ekonom berlanjut hingga 18 bulan ke depan karena resesi di AS.

"Kita khawatir sampai 18 bulan ke depan ada resesi di Amerika. Biasanya kejadian resesi terjadi bukan saat negatif, tapi 12-18 bulan setelah dia negatif. Indeks manufaktur sudah berkisaran 50 di Amerika. Jika di bawah itu berarti kontraksi," ujarnya.

Gubernur Bank Sentral AS, Jerome Powell yang kemungkinan akan menahan kembali suku bunganya tahun ini, menurut dia, juga harus diwaspadai.

David mengingatkan, apabila harga-harga saham mulai melonjak itu juga pertanda sebagai tanda munculnya "angsa hitam".

"Satu lagi mengenai "black swan" harga-harga saham di Amerika yang terus bubble sekarang. Virus Corona yang sekarang kita hadapi, ini salah satu yang harus kita waspadai kemungkinan "black swan", katanya.

Virus corona menicu bergejolaknya perekonomian, juga dibenarkan oleh Presiden Succor Aset Management, Jemmy Paul.

"Apakah virus corona bakal 'black swan' saya rasa sangat mungkin ya. Karena kita bicara 2020, saya melihat pengaruh ke indeks global mungkin 2021. Dengan kenaikan emas ini akan berpengaruh kepada indeks," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com