Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Terbesar di Semua Rumah Sakit Seluruh Dunia Sama, Bagaimana Mengatasinya?

Kompas.com - 25/02/2020, 16:56 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada era revolusi industri 4.0, rumah sakit dituntut untuk memberikan layanan kesehatan secara paripurna.

Salah satu kendala yang dihadapi saat ini yaitu panjangnya waktu tunggu pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan di rumah sakit. Terlebih, faktanya masalah besar ini ditemui hampir di seluruh rumah sakit di dunia. 

Survei yang dilalukan The Malay Mail (2017) menunjukkan statistik yang mengejutkan tentang persepsi masyarakat Malaysia, utamanya terkait masa tunggu di rumah sakit.

Alasan utama 26 persen responden meninggalkan perawatan medis di rumah sakit yaitu proses pelayanan yang terlalu lama. 

Baca juga: Ciptakan Layanan Kesehatan Digital, Kemenkes Gandeng Startup

Hasil survei tersebut memperlihatkan rata-rata waktu tunggu untuk menemui dokter di rumah sakit dalam 12 bulan terakhir, setidaknya memerlukan waktu hingga empat jam.

Berdasarkan fakta itu, ketua bidang teknologi informasi Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), Djoni Darmadja mengatakan KARS menetapkan penerapan layanan digital sebagai salah satu standar akreditasi rumah sakit.

"Terutama pendaftaran online. Kalau di luar negeri, walau pasiennya 2.000 orang per hari tapi enggak numpuk di antrian," kata Djoni dalam peluncuran aplikasi kesehatan PatientQare dari SehatQ, Senin (24/2/2020).

Sebagai contoh, lanjut Djoni, saat ini di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pasien masih menumpuk di lobi untuk mendapatkan nomor antrian konsultasi dokter.

Baca juga: Imuno Onkologi Dipraktikkan di Indonesia, Ini Pendapat Dokter Spesialis

"Banyak waktu pasien yang terbuang. Oleh karena itu KARS membuat standar yang mengharuskan rumah sakit mempunyai sistem pendaftaran online sebagai syarat akreditasi," terangnya.

Pengembang aplikasi SehatQ berharap harap dapat membantu rumah sakit mencapai akreditasi KARS lewat penerapan sistem layanan kesehatan digital. Pengembang aplikasi SehatQ berharap harap dapat membantu rumah sakit mencapai akreditasi KARS lewat penerapan sistem layanan kesehatan digital.

Digitalisasi Layanan

Terkait hal itu, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) mendorong rumah sakit di Indonesia untuk meningatkan layanan kesehatan secara optimal. Salah satunya melalui aplikasi kesehatan sebagai bentuk digitalisasi layanan.

Pemanfaatan teknologi tersebut dinilai dapat memangkas sejumlah tahapan yang selama ini diperlukan rumah sakit untuk beroperasi melayani masyarakat.

"Terutama dalam mempertemukan pasien dan dokter yang sesuai dengan keluhan kesehatan pasien," kata sekjen ARSSI drg. Iing Ichsan Hanafi.

Baca juga: Pemenuhan Asupan Gizi Seimbang Jadi Kunci Cegah Stunting

Ia mengungkapkan, dengan beroperasi penuh secara paripurna, rumah sakit membutuhkan aplikasi kesehatan untuk menjamin setiap pasien mendapatkan layanan medis yang dibutuhkan.

Salah satunya dengan memastikan pasien terdaftar untuk berkonsultasi dengan dokter yang dituju.

Apabila ada ratusan bahkan ribuan pasien setiap hari, sistem administrasi secara manual tentu menjadi tantangan besar bagi rumah sakit dalam memberikan layanan optimal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com