Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI dan Polri Musnahkan 50.087 Lembar Uang Palsu

Kompas.com - 26/02/2020, 12:42 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) bersama Bareskrim Polri kembali memusnahkan 50.087 lembar uang rupiah palsu di Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (26/2/2020).

Sebanyak 50.087 lembar uang palsu itu terdiri dari pecahan uang kertas Rp 100.000 hingga yang terkecil Rp 100 yang diperoleh dalam kurun waktu sekitar 1 tahun, dari Januari 2017 sampai Januari 2018.

Direktur Departemen Pengelolaan Uang BI Yudi Harymukti mengatakan, uang palsu tersebut bukan merupakan barang bukti tindak pidana.

Baca juga: BI Klaim Peredaran Uang Palsu Menurun

Perolehannya sendiri merupakan hasil temuan pengolahan uang dan hasil klarifikasi masyarakat kepada bank sentral.

"Uang palsu hasil temuan dari proses pengolahan uang dalam periode 2017 sampai Januari 2018 yang bukan merupakan barang bukti kasus tindak pidana," kata Yudi di Jakarta, Rabu (26/2/2020).

Adapun pemusnahan uang rupiah palsu ini dilakukan berdasarkan surat penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor 01/Pen.Mus.Pid/2019/PN.Jkt.Sel tanggal 27 Agustus 2019.

Bila dirinci, 50.087 lembar uang palsu terdiri dari 19.026 lembar pecahan Rp 100.000, 28.823 lembar pecahan Rp 50.000, 1.534 lembar pecahan Rp 20.000, 550 lembar pecahan Rp 10.000, 146 lembar pecahan Rp 5.000, 2 lembar pecahan Rp 2.000, 3 lembar pecahan Rp 500, dan 3 lembar pecahan Rp 100.

Baca juga: Hindari Uang Palsu, BI Imbau Masyarakat Tukar Uang di Outlet Resmi

Yudi menyebut, langkah pemusnahan uang palsu dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tindak kejahatan tersebut sehingga uang palsu yang ditemukan tak beredar kembali di kalangan publik.

"Pemusnahan uang rupiah palsu juga merupakan wujud pelaksanaan amanat pengelolaan uang yang dimandatkan kepada Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam UU Nomor 7 tahun 2011 tentang Mata Uang," ungkapnya.

Selain itu berdasarkan hasil riset BI, pemalsuan uang yang beredar di masyarakat masih menggunakan teknik yang relatif sederhana.

Karena masih sederhana, masyarakat bisa dengan mudah mengetahui bila memahami cara mengenali uang palsu.

"Untuk itu kami mengimbau masyarakat untuk selalu menggunakan 3D (dilihat, diraba, diterawang), senantiasa menjaga dan merawat rupiah agar semakin mudah mengenali keasliannya," pungkasnya.

Baca juga: Banyak Beredar Uang Tunai, BI Minta Masyarakat Waspadai Uang Palsu

Sementara itu, Kasubdit Upal Bareskrim Polri, Kombes Pol Victor Togi Tambunan mengatakan, 50.087 lembar uang palsu tersebut merupakan hasil temuan di wilayah Jabodetabek.

"Uang palsu merupakan hasil temuan di wilayah Jabodetabek, berasal dari uang palsu hasil klarifikasi masyarakat ke BI, uang palsu temuan perbankan dari setoran masyarakat, dan uang palsu temuan BI dari hasil setoran perbankan. Dan kemudian diserahkan kepada kami setiap bulannya setelah BI melakukan penelitian," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com