Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sektor Keuangan Indonesia Mulai Terdampak Virus Corona

Kompas.com - 28/02/2020, 18:32 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar keuangan global sedang mengalami radang. Hal ini terlihat dari pelemahan rupiah dan IHSG, dimana pelemahan IHSG sebagai yang terendah sejak Maret 2017.

"Sejak akhir Januari 2020 harga saham turun sekitar 8,42 persen, sekarang menjadi sekitar Rp 5.650. Nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan sampai 28 Februari 2020 3,3 persen (year todate /ytd) dan sekarang diperdagangkan di sekitar Rp14.000-an," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Kompas.com, Jumat (28/2/2020).

Josua menilai ini dipengaruhi oleh dampak dari virus corona yang menyebar hingga ke Amerika dan Eropa. Dalam kondisi ini, investor cenderung melepas investasi portofolionya di berbagai negara dan tidak hanya terjadi di Indonesia.

Bagi Indonesia hal ini berdampak pada nilai tukar Rupiah dan harga saham. Aliran modal asing (netto) bulan ini mengalami outflow secara total 2,01 miliar dollar AS dimana SBN sebesar 1,67 miliar dollar AS dan saham 340 juta dollar AS.

Sementara untuk year to date net outflow total 1,01 miliar dollar AS yang mencakup SBN 674 juta dollar AS dan saham 339 juta dollar AS.

Pelemahan Rupiah relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lain seperti mata uang Korea yang anjlok 4,80 (ytd), Bath Thailand melemah 5,05 persen, Dollar Singapura juga melemah 3,45 persen.

"Virus corona berdampak pada perilaku investor global terhadap kepemilikan investasi mereka di berbagai negara, dan cenderung jual (outflow) terlebih dahulu dan selalu dipantau oleh BI," jelasnya.

Adapun tiga intervensi yang dilakukan BI yang mencakup Intervensi di pasar Spot Rupiah, intervensi melalui pasar forward (Domestic NDF) dan intervensi melalui pembelian SBN yang dilepas oleh investor asing.

BI membeli dari pasar sekunder sampai dengan 27 Februari 2020 ytd sebesar Rp 100 triliun (kurang lebih Rp 78 triliun dibeli sejak akhir Januari 2020, sejak merebaknya virus corona).

"Hal ini yang menjelaskan pelemahan Rupiah dan kenaikan yield SBN 10 tahun cenderung terukur dibandingkan dari negara-negara lain," jelasnya.

Dalam rangka memitigasi dampak virus corona terhadap perekonomian, otoritas fiskal dan moneter akan terus berkoordinasi dalam mendorong terciptanya iklim investasi yang tetap positif.

"Dari sisi BI penurunan suku Bunga, relaksasi kebijakan makroprudensial khususnya rasio intermediasi perbankan, BI lebih cepat melakukan transaksi elektronifikasi untuk bansos dan transportasi," jelasnya.

Sementara dari sisi pemerintah Menkeu melakukan stimulasi dari sisi fiskal serta bagaimana mempercepat penyaluran Bansos, dan melakukan insentif untuk biaya pesawat untuk mendorong pariwisata. Sementara Kementerian PUPR mempercepat penyerapan anggaran.

"Dampak virus corona diperkirakan paling besar pada bulan Februari sampai Maret, bulan selanjutnya mudah-mudahan sudah terjadi pemulihan," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Detail Harga Emas Antam Jumat 19 April 2024, Naik Rp 10.000

Earn Smart
Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Chandra Asri Group Jajaki Peluang Kerja Sama dengan Perum Jasa Tirta II untuk Kebutuhan EBT di Pabrik

Whats New
IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Bakal Lanjut Menguat? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Earn Smart
Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Perkenalkan Produk Lokal, BNI Gelar Pameran UMKM di Singapura

Whats New
Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Harga Emas Dunia Terus Menguat di Tengah Ketegangan Konflik Iran dan Israel

Whats New
Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com