Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Bursa Turun, Investor Masih (Bisa) Tidur Nyenyak?

Kompas.com - 01/03/2020, 15:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ada juga yang memprediksikan kondisi masih bisa memburuk sehingga menyarankan untuk keluar semua dulu atau bahkan cutloss dan baru investasi lagi ketika kondisinya sudah lebih baik.

Pada dasarnya tidak ada yang benar atau salah. Sebab tidak ada yang tahu berapa harga saham dan reksa dana secara pasti untuk 1-2 tahun ke depannya. Saran tersebut mungkin diberikan berdasarkan pengalaman pribadi mereka sendiri.

Kalau dari saya sendiri, pertanyaan pertama saya adalah apakah masih bisa tidur nyenyak? Jika jawabannya tidak, maka sebaiknya lakukan cutloss sekarang. Sebab kesehatan jauh lebih penting daripada kekayaan. Uang masih bisa dicari.

Cutloss karena tidak bisa tidur nyenyak dengan cutloss karena panik itu amat berbeda. Jika setelah cutloss tidur kita langsung nyenyak, artinya investor tersebut memang tidak cocok di pasar modal.

Sekalipun nantinya harga sudah naik, sebaiknya jangan beli saham / reksa dana saham lagi. Carilah produk yang lebih konservatif seperti deposito, reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap. Sebab risiko seperti sekarang bisa kembali terjadi di masa depan.

Cutloss karena panik juga bukan tindakan yang bijaksana. Sebab dari pengalaman sebelumnya, orang yang cutloss karena panik umumnya masuk kembali di harga yang lebih tinggi daripada harga cutlossnya.

Bukan berarti tidak boleh cutloss, tetap boleh sepanjang memang sesuai rencana investasi. Misalkan sudah ditentukan dari awal jika turunnya sudah di atas 20 persen, maka dilakukan cutloss maka silakan dijalankan. Tapi sekali lagi ini bukan ikut-ikutan dan panik.

Jika jawabannya masih bisa tidur nyenyak, maka tidak perlu lakukan cutloss. Jika ada dana bisa melakukan pembelian secara bertahap karena waktu krisis memang selalu memberikan kesempatan bagi yang berani mengambil keputusan.

Kalau merasa tidak nyaman tapi masih bisa menoleransi risikonya, maka investor bisa mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi pada portofolio yang selama ini lebih banyak di jenis saham atau reksa dana saham, dengan menambahkan jenis reksa dana pendapatan tetap dan pasar uang.

Saya sudah bekerja di pasar modal sejak tahun 2005. Pengalaman saya mengajarkan bahwa bursa saham itu tidak akan bergerak satu arah saja mau itu naik atau turun. Perilaku investor juga demikian. Jika sekarang sedang risk off, nanti juga akan risk on lagi dengan kembali masuk.

Kesabaran, diversifikasi, disiplin, toleransi terhadap risiko, dan untuk sekarang ditambah dengan beli produk yang sesuai aturan merupakan faktor kunci yang menentukan kesuksesan berinvestasi di pasar modal.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

Tulisan ini merupakan pendapat pribadi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com