Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Jeblok, Waktunya untuk Beli?

Kompas.com - 02/03/2020, 06:08 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Maraknya aksi ambil untung (profit taking) di akhir Februari 2020, membuat harga emas dan logam mulia lainnya melorot cukup dalam. Untuk jangka pendek, prospek komoditas tersebut diperkirakan masih bakal mengalami volatilitas.

Mengutip Bloomberg, harga emas Comex untuk kontrak April 2020 tercatat melorot 4,61 persen ke level 1.566,70 dollar AS per troy ons. Sementara itu, harga perak jatuh 7,21 persen, menjadi 16,46 dollar AS.

Adapun spot platinum turun sebanyak 4,07 persen  menjadi 866,30 dollar AS dan paladium anjlok hingga 8,71 ke level 2.616,55 dollar AS.

Baca juga: Harga Emas Berjangka Anjlok 75 Dollar AS, Apa Sebabnya?

Analis Kapital Global Investama Alwi Assegaf mengatakan, penurunan yang terjadi pada komoditas logam mulia dikarenakan tingginya aksi profit taking oleh pelaku pasar. Hal ini diperkirakan masih akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan.

"Ini wajar karena harga komoditas logam mulia khususnya emas sudah naik cukup tinggi, bahkan secara year to date (ytd) masih cenderung catatkan kenaikan meskipun diselingi penurunan cukup dalam pekan lalu," ujar Alwi seperti dikutip dari Kontan.co.id, Minggu (1/3/2020).

Alwi memproyeksi tren harga logam mulia masih berada dalam tren naik. Hal ini disertai masih tingginya sebaran virus corona dan nyaris membawa harga emas menyentuh level psikologis 1.700 dollar AS per troy ons beberapa waktu lalu.

Menurut dia, koreksi harga komoditas logam mulia yang terjadi pekan lalu tidak serta merta menjadikan prospek emas menjadi tidak menarik di tahun ini.

Baca juga: Akhir Pekan, Harga Emas Antam Merosot Rp 10.000

Seiring aksi profit taking yang terjadi, Alwi mengatakan tidak menutup kemungkinan bagi harga emas ke depannya bakal melanjutkan penurunan, meskipun masih tergolong wajar.

Justru pelaku pasar dianjurkan untuk memanfaatkan momentum kali ini untuk mulai melakukan aksi beli mumpung harga murah.

"Harga emas masih akan naik, biasanya akan diikuti logam mulia lainnya, dan justru sekarang waktunya bagi pasar untuk beli," sebutnya.

Adapun beberapa sentimen yang bakal menopang kenaikan harga logam mulia ke depan yakni masih seputar persebaran virus Korona. Selain itu, ada juga isu ancaman pelambatan ekonomi global dan tren penurunan suku bunga acuan di bank sentral dunia yang bisa menjadi sentimen positif.

Sebagai informasi,  sebaran virus corona saat ini sudah semakin meluas bahkan di luar China. Hal ini tercatat dari tingginya jumlah kasus dan korban di Korea Selatan, Iran, bahkan AS sudah mencatatkan kasus kematian pertamanya.

Untuk China sendiri, dampak Korona telah menekan kondisi perekonomiannya dimana pasca imlek hanya 40 persen pabrik yang beroperasi, asupan dari sektor pariwisata juga melorot baik di dalam maupun di luar China. Bahkan, dampaknya sudah terasa hingga ke rantai pasokan seiring turunnya harga minyak.

Baca juga: 10 Negara Produsen Emas Terbesar Dunia, RI Urutan Berapa?

Berbagai kondisi tersebut berpotensi menekan prospek pertumbuhan ekonomi global. Bahkan, virus Korona juga turut mendorong bank-bank sentral di dunia untuk melonggarkan suku bunga acuannya, termasuk The Fed yang sudah menunjukkan sinyal pelonggaran. Di sisi lain proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) masih menjadi tantangan.

"Harga emas diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi di jangka pendek. Namun, untuk jangka panjang sentimennya masih mendukung emas untuk menguat dan kemungkinan akan diikuti logam mulia lainnya," katanya

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com