Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantik Dirut BPDPKS, Sri Mulyani Ungkap Tantangan Industri Sawit Nasional

Kompas.com - 02/03/2020, 19:47 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati baru saja melantik Eddy Abdurrachman sebagai Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (Dirut BPDPKS) menggantikan Dono Boestami.

Di dalam pelantikannya, Sri Mulyani menyampaikan pesan, tugas dan tanggung jawab Dirut BPDPKS sangat berat dan penuh tantangan.

Sebab Indonesia merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia, yaitu sebesar 55 persen dari total produksi kelapa sawit secara global.

"Industri sawit telah menjadi penghasil devisa terbesar dengan kontribusi sebesar 13,5 persen dari total ekspor non migas sebesar 22,3 miliar dollar AS. Selain itu, industri sawit juga meningkatkan kemandirian energi”, ujar Sri Mulyani ketika memberi paparan dalam pelantikan di Jakarta, Senin (2/3/2020).

Baca juga: Ini Alasan Luhut Larang Perluasan Perkebunan Sawit di Papua

Menkeu mengatakan melalui program Bauran Biodiesel 30 persen (B30), industri sawit bisa berperan dalam penghematan devisa melalui pengurangan impor solar senilai 8 miliar dollar AS/tahun

Sebagai informasi, BPDPKS adalah Badan Layanan Umum di bawah Kementerian Keuangan yang bertugas mengelola dana perkebunan kelapa sawit untuk menjaga keberlangsungan industri kelapa sawit sebagai komoditas strategis nasional Indonesia.

Pada 2019, industri sawit mengalami tekanan yang cukup berat karena harga CPO jatuh sampai di bawah harga keekonomiannya. Hal ini sangat berdampak pada harga tandan buah segar di tingkat petani.

Pemerintah kemudian mengambil kebijakan untuk tidak memberlakukan pungutan untuk meringankan beban industri kelapa sawit.

Di samping itu, untuk mengurangi kelebihan stock Crude Palm Oil (CPO) pemerintah mengambil kebijakan untuk memberlakukan program (B30) mulai 1 Januari 2020 sebagai salah instrumen stabilisasi harga. Program ini berhasil mengangkat harga sampai di atas harga keekonomiannya.

“Saat ini harga CPO di atas 750 dollar AS per ton dan telah dikenakan pungutan kembali karena harga sudah di atas batas," ujar dia.

Sri Mulyani pun mengatakan tahun ini, industri kelapa sawit juga perlu mewaspadai pelemahan ekonomi dunia dampak dari perkembangan virus novel corona yang bakal memengaruhi permintaan CPO dunia.

"Dalam hal ini Tiongkok sebagai importir terbesar kedua dari CPO kita”, terang dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com