Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laba BUMN Pertambangan Ini Turun Hampir Rp 1 Triliun, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 04/03/2020, 20:12 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) mencatat laba perseroan tahun 2019 sebesar Rp 4,1 triliun. Angka tersebut turun 18 persen jika dibandingkan tahun 2018 yang mencapai Rp 5,02 triliun.

Direktur Niaga PTBA Adib Ubaidillah mengatakan, penurunan laba tersebut utamanya disebabkan harga batu bara yang terus tertekan sepanjang tahun.

Bahkan, pada 2019 harga batu bara mengalami rata-rata penurunan sebesar 8 persen.

"Terkait laba, kita kan bisnis di batu bara sangat sensitif terhadap harga jual. Rata-rata harga jual batu bara 2018 ke 2019 turun 8 persen," ujarnya, di Jakarta, Rabu (4/3/2020).

Baca juga: 2018 Tekor Rp 2,4 Triliun, Indosat Ooredoo Raup Laba Rp 1,57 Triliun di 2019

Adib menjelaskan, sepanjang tahun lalu terjadi pelemahan indeks harga batu bara Newcastle sebesar 28 persen menjadi rata-rata sampai dengan Desember 2019 sebesar 77,77 dollar AS per ton, dari 107,34 dollar AS per ton pada periode yang sama tahun lalu.

Demikian juga indeks harga batu bara thermal Indonesia GAR 5000 yang melemah sebesar 17 persen menjadi rata-rata sampai dengan Desember 2019 sebesar 50,39 dollar AS per ton dari 60,35 dollar AS per ton pada akhir tahun 2018.

Lebih lanjut, Adib mengatakan, penurunan laba sebenarnya bisa lebih dalam apabila perseroan tidak melakukan berbagai langkah efisiensi.

Salah satu efisiensi yang dilakukan adalah optimasi biaya angkut, sehingga mampu menekan biaya operasional perseroan.

"Penurunan laba kita dari Rp 5 triliun ke Rp 4,1 triliun sekitar 19 persen kalau kita enggak melakukan apa-apa akan turun sekali banyak optimasi yang dilakukan," tutur dia.

Baca juga: Laba BCA Tembus Rp 28,6 Triliun Pada 2019

Di tempat yang sama, Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan, pihaknya fokus melakukan efisiensi biaya operasional sepanjang tahun lalu.

"Semua kita lakukan efisiensi, kecuali gaji dan kesejahteraan karyawan. Apapun kita lakukan hingga mencapai laba Rp 4,1 triliun," ucap dia.

Sebagai informasi, kendati laba mengalami penurunan, BUMN pertambangan ini mencatat adanya kenaikan pendapatan usaha sebesar 3 persen menjadi Rp 21,8 triliun.

Pendapatan terdiri dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar 57 persen, penjualan batu bara ekspor sebesar 41 persen dan aktivitas lainnya sebesar 2 persen.

Produksi batu bara juga mengalami kenaikan sebesar 10,2 persen menjadi 29,1 juta ton. Kapasitas angkutan batu bara naik 7 persen menjadi 24,2 juta ton.

Baca juga: Naik 12,4 Persen, Laba CIMB Niaga 2019 Capai Rp 3,9 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com