Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertimbangkan Ini Jika Ingin Raih Cuan Di Tengah Wabah Corona

Kompas.com - 05/03/2020, 07:33 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Investasi di tengah ketidakpastian global tentu sangat berisiko. Hal ini umumnya terjadi di pasar modal yang rentan dengan sentimen.

Ada banyak investor yang cenderung memindahkan asetnya dari aset berisiko ke aset aman.

Untuk mengantisipasi kondisi yang tidak diinginkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan investor agar investasinya tetap cuan.

Budi Hikmat, Director for Investment Strategy PT Bahana TCW Investment Management mengatakan, berdasarkan pengalaman melintasi berbagai krisis, kondisi saat ini nampak berbeda bila dibanding menjelang krisis 2008.

Baca juga: Virus Corona Tak Pupuskan Niat Raja dan Ratu Belanda ke Danau Toba Maret Ini

Saat itu, sikap terbaik adalah menahan ketamakan (controlling the greed) karena valuasi saham sudah terlalu tinggi dan jauh melebihi acuan normatif pertumbuhan GDP nominal.

"Saat ini, kita perlu mengelola rasa takut (managing fear). Masih ada asset investasi yang menarik terutama SBN yang justru menjadi prasyarat peluang cuan saham,” kata Budi, Rabu (4/3/2020)

Budi juga mengatakan, ketepatan membaca angka dan analisa oleh investor sangat penting untuk menentukan sikap terutama mengantisipasi peluang cuan ketika terjadi krisis.

"Kendati valuasi dianggap sudah murah, investor tetap perlu berhati-hati terhadap adanya potensi koreksi harga saham, sehingga sikap menunggu menjadi lebih tepat,” ujarnya.

Sementara itu, Victoria Christa selaku Brand Communications Manager perusahaan investasi PT Takjub Teknologi Indonesia (Ajaib) mengatakan, ada dua hal yang bisa dilakukan oleh investor untuk menyelamatkan asetnya, antara lain switching ke reksa dana pendapatan tetap (RDPT), reksa dana pasar uang (RDPU) dan investasi emas.

"Bagi mereka yang tidak siap dengan perubahan nilai drastis di reksa dana saham, kami menyarankan untuk mengalihkan dana investasi ke dua instrumen ini. Apalagi mengingat bahwa obligasi sedang naik daun," kata Victoria kepada Kompas.com.

Ia mencontohkan, dalam penawaran lelang SUN yang mencapai titik tertinggi yakni Rp 127 triliun pada Februari ini, dibanding rekor sebelumnya di Januari Rp 96,9 triliun.

Top Up Reksa Dana Saham

Selanjutnya, investor bisa menggunakan metode value-averaging. Ketika pasar saham jatuh, nasabah dianjurkan untuk melakukan top-up pada reksa dana saham (RDS) mereka.

Fungsinya agar portofolio RDS mengalami keseimbangan. Karena mereka yang top-up sebelum pasar jatuh, bisa dikatakan membeli RDS dengan harga lebih mahal.

"Kalau sekarang pasar jatuh, bisa dikatakan RDS sedang didiskon dan menjadi kesempatan baik bagi mereka untuk top-up lagi. Hanya saja, tidak semua orang cocok dengan metode ini. Maka, metode ini hanya disarankan pada nasabah yang memiliki profil risiko lebih agresif," tegasnya.

Victoria mengungkapkan untuk potensi cuan ditengah dampak ekonomi dari wabah COVID-19 sangat sulit. Tapi, ada tips memilih investasi agar portofolio investor tetap bisa bertumbuh meski di tengah situasi yang tidak pasti.

"Kalau melihat angka negatif/minus malah membuat investor resah dan tidak bisa tidur nyenyak, lebih baik investor melakukan diversifikasi antar aset kelas yang risikonya sedang hingga rendah. Misalnya lewat RDPT, RDPU, dan emas," jelasnya.

Investor yang rela melihat angka minus dalam jangka waktu yang lumayan panjang beberapa bulan, bahkan tahun, sangat baik untuk masuk ke saham atau RDS.

"Bagi yang mau investasi saham, tipsnya, diversifikasi dana ke sektor-sektor yang senantiasa dibutuhkan orang, seperti banking, consumer goods, dan infrastruktur," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Harga Emas Antam Sabtu 20 April 2024, Naik Rp 2.000 Per Gram

Spend Smart
Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Ini 6 Kementerian yang Sudah Umumkan Lowongan CPNS 2024

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 20 April 2024

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Sabtu 20 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, Masih Rugi

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com