Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empon-empon Mahal, Penjual Jamu Terpaksa Naikkan Harga

Kompas.com - 06/03/2020, 10:14 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kekhawatiran masyarakat karena merebaknya wabah virus corona atau Covid-19 berimbas pada langkanya empon-empon di pasaran. Tanaman empon-empon lumrah dipakai sebagai bahan baku obat herbal seperti jamu.

Sumini, salah satu penjual jamu di Lapangan Baturan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, mengatakan saat ini empon-empon seperti jahe, kunyit, sereh, kencur, dan rempah-rempah lain sudah mulai langka di pasar. 

Dia sendiri akhirnya terpaksa menaikkan harga jamu lantaran harga empon-empon tiba-tiba melonjak sejak beberapa hari terakhir.

"Mulai hari ini terpaksa jamu harganya naik jadi Rp 2.500 per gelas kecil, dari sebelumnya Rp 2.000. Karena bahan-bahannya sudah pada naik karena ramai-ramai corona itu. Kemudian gula kan juga sekarang sudah naik," kata Sumini, Jumat (6/3/2020).

Baca juga: Imbas Corona, Penjual Jamu Keluhkan Meroketnya Harga Bahan Baku

Sumini mengaku membeli bahan baku jamu dari Pasar Legi, Kota Solo. Menurutnya, harga empon-empon paling tinggi terjadi pada jahe merah.

Tiga hari lalu saja, harga jahe merah naik dari Rp 30.000/kg menjadi Rp 50.000/kg. Kencur yang biasanya dijual di pasar Rp 35.000/kg saat ini sudah naik jadi Rp 42.000/kg.

"Kebetulan saya masih punya stok lama, mungkin hari ini sudah naik lagi. Jahe merah ini yang mahal," ucapnya.

Sementara itu, Rudi, penjual wedang jahe susu di Jalan Raya Hankam, Jati Murni, Ujung Aspal, Bekasi mengaku hari ini dirinya membeli jahe merah seharga Rp 70.000 di Pasar Kramatjati. Padahal di hari biasa, harganya berkisar Rp 30.000/kg.

"Sekarang jahe merah sudah Rp 70.000/kg. Itu di pasar induk langsung, kalau beli di pasar dekat rumah pasti lebih mahal lagi," ungkap Rudi.

Baca juga: Geger Corona, Penjual Wedang Jahe Susu Diserbu Pembeli

Rudi mengatakan, sejak geger virus corona, omzet penjualannya semakin meningkat. Dua galon wedang jahe susu yang dijualnya ludes sebelum pukul 22.30 WIB.

"Laris banget sejak dua hari ini, saya sendiri awalnya enggak tahu. Baru tahu rupanya banyak yang beli karena cari khasiat jahe merah buat penangkal corona. Kebetulan kan saya pakai jahe merah, bukan jahe biasa," kata Rudi.

"Biasanya buka kan jam 17.00, tutupnya jam 24.00. Itu juga sering sekali enggak habis, masih sisa. Kalau dua hari ini, habis terus dagangan sebelum jam 22.00. Lagi laris banget," ujar pria asal Tegal ini.

Minuman jahe susu hangat dijual seharga Rp 6.000 per gelas. Setiap hari, dirinya membuat dua galon minuman jahe yang dicampur susu kaleng untuk sekitar 100 gelas.

"Makanya, alhamdulillah lagi rezeki banyak dua hari ini. Belum ada rencana tambah tiga galon. Ini saya juga baru tahu dari berita ramai-ramai soal corona," ungkap Rudi.

Sebelumnya diberitakan, sempat beredar kabar bahwa virus corona bisa ditangkal dengan ramuan jamu, yang terdiri dari ramuan jahe yang disebut mpon-mpon atau empon-empon.

Dilansir dari artikel Kompas.com, kabar ini dikaitkan dengan penelitian seorang profesor asal Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya, Prof Dr Chairul Anwar Nidom MS, Drh. Terkait efeknya terhadap virus corona. Nidom berkata bahwa mpon-mpon mengandung curcumin yang berfungsi mencegah terjadinya badai sitokin di dalam paru.

Baca juga: Cek Suhu Tubuh hingga Larangan Meludah, Cara Instansi Cegah Virus Corona

Di samping itu, minuman tradisional kaya khasiat asal Indonesia ini memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan daya tahan tubuh terhadap suatu penyakit (imunitas). Sitokin, ujar Nidom, merupakan respons imun terhadap adanya virus.

"Jadi sebetulnya sitokin merupakan fungsi positif, tetapi punya efek negatif yaitu merusak sel di sebelahnya. Sitokin inilah yang menyebabkan tubuh menjadi panas kalau seseorang terinfeksi kuman," ujar Nidom.

Namun, efektifitas formulasi ini baru melalui uji praklinis terhadap tikus. Itu pun yang terinfeksi flu burung, jenis virus corona lainnya, bukan Covid-19.

(Sumber: KOMPAS.com/Shierine Wangsa Wibawa | Editor: Shierine Wangsa Wibawa)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com