JAKARTA, KOMPAS.com - Jaringan hotel budget, OYO Hotels, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada sekitar 5.000 karyawannya di sejumlah negara. Pengurangan pegawai paling drastis terjadi di China.
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (7/3/2020), langkah PHK OYO merupakan imbas dari penyebaran wabah virus corona atau Covid-19 yang membuat bisnis pariwisata dan penginapan di beberapa negara babak belur sejak akhir tahun lalu.
OYO merupakan salah satu startup terbesar yang dimiliki SoftBank. Perusahaan ini lahir dari India tahun 2013 dan berkembang pesat hingga valuasinya mencapai 10 miliar dollar AS.
Lesunya kinerja OYO ini tentunya sangat berdampak besar pada SoftBank. Rakasasa investasi asal Jepang ini sebelumnya mengalami kerugian besar setelah startup lain yang disokongnya, WeWork, juga tekor.
Baca juga: Pengusaha Hotel Melati Protes Kos-kosan Jadi Penginapan OYO dkk
Pada Januari lalu, OYO juga merumahkan lebih dari 2.100 karyawannya di India, China, dan Amerika Serikat.
"Fokus pertama kami di tahun 2020 adalah pertumbuhan dengan profitabilitas," kata CEO OYO Ritesh Agarwal.
Agarwal menyebut akan mengurangi sekitar 17 persen dari total karyawannya saat ini sebanyak 30.000 secara global.
"Pada saat kami telah menyelesaikan program restrukturisasi, OYO akan memiliki lebih dari 25.000 karyawan di seluruh dunia," ungkapnya.
Wabah virus corona memang berkontribusi paling besar pada terpuruknya bisnis OYO, khususnya di China. Di Negeri Panda itu, perusahaan bahkan berencana memecat setengah dari 6.000 orang karyawannya.
Baca juga: Kontroversi OYO dan RedDoorz, Dicari Backpacker tetapi Tak Bayar Pajak
OYO saat ini hanya menyisakan sekitar 4.000 orang karyawan di China yang disebutnya sebagai pekerja bebas. Sebagian akan diberhentikan sementara, dan akan kembali dipanggil bekerja usai binis kembali pulih.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan