Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diterpa 2 Sentimen Negatif, Rupiah dan IHSG Rontok

Kompas.com - 09/03/2020, 16:40 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam. Hal ini juga terjadi pada rupiah yang juga terjun bebas sejak pembukaan pasar spot pagi ini.

IHSG ditutup pada level 5.136,80 atau turun 361,71 poin (6,58 persen) dibanding penutupan Jumat pekan lalu 5.364,60. Sepanjang pergerakannya, IHSG sempat menyentuh level terendah pada pukul 15.30 WIB di level 5.133,15.

Sebanyak 43 saham melaju di zona hijau dan 382 saham merah. Sedangkan 102 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 9,4 triliun dengan volume 7,2 miliar saham.

Baca juga: IHSG Jeblok, BUMN Pertimbangkan Buyback Saham

Seluruh saham Asia dan Wall Street juga sebelumnya ditutup di zona merah. Index Dollar turun 0,83 poin atau 0,86 persen sementara indeks Dow Jones DJI turun 256,50 poin atau 0,98 persen. S&P 500 turun 51,57 poin atau 1,17 persen. Nasdaq juga turun 162,98 poin atau 1,87 persen.

Indeks Nikkei Jepang turun 1.051 poin atau 5,07 persen. Hang Seng Hong Kong turun 1.106,19 poin atau 4,23 persen, dan Shanghai Composite Index juga turun 91,22 poin atau 3,01 persen.

Rupiah juga terpantau turun tajam 150 poin atau 1,05 persen pada level Rp 14.392 per dollar AS dibanding penutupan Jumat pekan lalu Rp 14.242 per dollar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, sentimen wabah virus corona atau Covid-19 saat ini sudah menyebar lebih dari 50 negara, sehingga kondisi global semakin memburuk.

Di samping itu jatuhnya harga minyak mentah apalagi dibarengi perang tarif mengakibatkan harga minyak terpuruk lebih dalam dan hampir mengalami kerugian 30 persen di level 27,23 dollar AS.

Sentimen lainnya adalah, analisis dari Modys menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 2,4 persen menjadi 2,1 persen.

Baca juga: Harga Minyak Anjlok, Bursa Saham Asia Berguguran

"Ini menambah beban kembali bagi bank sentral global untuk kembali bersama-sama menurunkan suku bunga dan menggelontorkan stimulus," kata Ibrahim.

Penyebab Internal

Dari sisi internal, pemerintah dan Bank Indonesia mengakui kondisi ekonomi global mengalami ketidakpastian akibat berbagai hal seperti; perang dagang yang belum usai, virus corona dan perang tarif antara negara OPEC dan Non OPEC.

"(Ini menyebabkan) ketidakstabilan pada ketahanan ekonomi dalam negeri sehingga berdampak negatif terhadap rupiah," ujarnya.

Ibrahim mengatakan ada tiga cara yang bisa dilakukan untuk merespon menurunnya globalisasi, tiga langkah tersebut dinilai harus dilakukan dengan koordinasi yang baik antara pemerintah dan Bank Indonesia.

"Tiga hal tersebut adalah sinergi, transformasi dan inovasi. Sehingga fundamental ekonomi dalam negeri akan kembali pulih dari hadangan tersebut," tegas Ibrahim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com