JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak dunia merosot tajam hingga 30 persen.
Hal itu terjadi lantaran Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak Dunia (OPEC) dan Rusia gagal mencapai kesepakatan mengenai pengurangan produksi yang menyebabkan Arab Saudi memangkas harga lantaran bakal meningkatkan produksi minyaknya.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan memproyeksikan, harga minyak belum akan kembali ke level normal dalam waktu dekat.
"Saya kira akan lebih lama,butuh waktu untuk rebound kembali," katanya kepada Kompas.com, Selasa (10/3/2020).
Baca juga: Harga Minyak Anjlok ke Kisaran 30 Dollar AS, Apa Sebabnya?
Rencana pemerintah Arab Saudi yang belum ingin memangkas produksi minyak hingga April 2020 diprediksi akan memperburuk harga minyak dunia.
"Yang ada perang harga minyak akan semakin sengit dan terus terjadi," ujarnya.
Bukan hanya itu, Amerika Serikat juga belum berencana untuk menurunkan produksi minyak serpih atau shale oil mereka. Hal ini lah yang akan menimbulkan kelebihan pasokan minyak dunia.
Lebih lanjut, Mamit menjelaskan, perlambatan ekonomi dunia yang diakibatkan wabah virus corona juga akan terus menekan harga minyak.
"Pasar akan ke banjiran stock minyak mentah," kata Mamit.
Baca juga: Meski Harga Minyak Anjlok, Pemerintah Tak Buru-buru Turunkan Harga BBM
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.