Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Anjlok, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

Kompas.com - 10/03/2020, 19:02 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jatuhnya harga minyak sebesar 20 persen di tengah wabah virus corona membuat ekonomi bergejolak.

Hal tersebut turut mempengaruhi kurs rupiah terhadap dollar AS dan membuat IHSG berada di zona merah meski hari ini keduanya kompak rebound.

Namun fluktuasi itu diperkirakan masih akan berlanjut dalam beberapa minggu ke depan.

"Ada perlambatan pertumbuhan ekonomi tapi bukan sesuatu yang jadi konsen besar. Tapi kemarin begitu muncul perang minyak antara Arab Saudi dengan Rusia merupakan sesuatu yang membuat kita harus wait and see," kata Direktur Utama PT Danareksa Investment Management (DIM) Marsangap P. Tamba di Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Baca juga: Harga Minyak dan IHSG Merosot, Investasi Apa yang Cocok?

Kendati demikian, dampak yang akan dialami Indonesia akibat virus corona dan jatuhnya harga minyak diyakini tidak akan seberat negara-negara maju.

Pasalnya, pemerintah dinilai telah berupaya menggulirkan stimulus moneter dan fiskal untuk menopang pertumbuhan ekonomi domestik.

Adapun kebijakan yang digulirkan, antara lain pelonggaran suku bunga BI - 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) ke level 4,75 persen dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM).

Kementerian Keuangan pun telah mengampuni pajak di sektor-sektor terdampak untuk beberapa waktu ke depan. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih masih didorong oleh faktor dalam negeri yakni konsumsi masyarakat dan pemerintah.

Baca juga: Pemerintah Tambah 4 Hari Libur dan Cuti Bersama, Berlaku ke Perusahaan Swasta?

Namun yang sedikit rumit, anjloknya harga minyak dunia membuat komoditas utama RI juga mengalami penurunan nilai ekspor.

Harga minyak kelapa sawit, karet, dan batu bara telah mengalami penurunan (year to date), masing-masing turun sebesar 19,5 persen, 12,9 persen, dan 2,6 persen. Jika minyak terus jatuh, maka komoditas bakal tertekan lebih lanjut. 

"Tapi saya lihat selama di Indonesia enggak panik, daya beli bisa dijaga, pemerintah relaksasi mungkin ada omnibus law, saya pikir dampaknya terhadap Indonesia tidak seberat di negara maju," ucap dia.

Baca juga: Bappebti Blokir 23 Situs Trading Investasi Ilegal

Alih-alih terdampak, Marsangap menilai Indonesia bisa jadi negara dengan tujuan investasi yang baik pada semester II-2020 bila fluktuasi beres dan rebalancing berjalan lancar.

"Dampaknya relatif lebih terbatas dibanding negara lain. Bisa jadi secara valuasi Indonesia tampak lebih baik. Ketika fluktuasi beres, value bakal muncul. Semester II nanti kalau ada re-balancing, Indonesia bisa dilihat sebagai tujuan investasi yang baik," pungkasnya.

Baca juga: Sri Mulyani: Iuran Tak Jadi Naik Bisa Pengaruhi Keberlanjutan BPJS Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemehub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Cara Gadai BPKB Motor di Pegadaian, Syarat, Bunga, dan Angsuran

Earn Smart
Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Harga Minyak Dunia Melonjak 3 Persen, Imbas Serangan Balasan Israel ke Iran

Whats New
Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Kembangkan Karier Pekerja, Bank Mandiri Raih Peringkat 1 Top Companies 2024 Versi LinkedIn

Whats New
Cara Cek Angsuran KPR BCA secara 'Online' melalui myBCA

Cara Cek Angsuran KPR BCA secara "Online" melalui myBCA

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com