JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menetapkan pembagian dividen kepada para pemegang saham sebesar 10 persen atau sekitar Rp 20,92 miliar.
Penetapan dividen disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk di Jakarta, Kamis (12/3/2020).
"Tentunya ini enggak ada agenda yang unik. Tapi merupakan agenda tahunan termasuk menyetujui Lapkeu 2019. Agenda lain, dibagikan dividen 10 persen kurang lebih sekitar Rp 20,92 miliar," kata Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury di Jakarta, Kamis (12/3/2020).
Baca juga: Bank-bank BUMN Bagikan Dividen, Mana Paling Besar?
Dengan dibagikannya dividen sebesar 10 persen, maka dividen per lembar saham sebesar Rp 1,98 sementara laba per saham sebesar Rp 19,76.
Sementara dari jumlah laba yang dialokasikan untuk dividen, yang akan disetor ke pemegang saham mayoritas atau Pemerintah adalah sebesar Rp 12,55 miliar. Sementara 90 persen dari sisa laba bersih akan digunakan sebagai saldo laba ditahan.
"Untuk jadwal pembagian dividen, untuk pembagian dividen tunai, ini tanggal pembayarannya adalah 15 April. Nanti cum dividen untuk yang pasar reguler tanggal 20 Maret," sebut Pahala.
Sedangkan 90 persen atau sekitar Rp 188 miliar dari sisa laba bersih akan digunakan sebagai saldo laba ditahan. Dia menuturkan, laba ditahan akan digunakan untuk memperkuat modal bank berkode saham BBTN itu.
Penguatan modal dari sekarang diperlukan untuk mencapai target pertumbuhan perseroan sebesar 9,5 hingga 10 persen tahun ini dan di atas 12 persen pada 2021.
"Jadi penguatan modal ini tidak ada kaitannya dengan likuiditas, dan macam-macam. Kalau kita di perbankan, tujuan utamanya bagaimana kita bisa memperkuat permodalan kita. Modal kita sebetulnya sudah sangat kuat dibandingkan minimun capital requirement kita," katanya.
Baca juga: BNI Bagikan Dividen Sebesar Rp 3,85 Triliun ke Pemegang Saham
Perseroan juga merencanakan sejumlah target yang optimistis bisa dicapai. Bank pelat merah ini menargetkan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 13-15 persen didorong kenaikan porsi dana murah dari giro dan tabungan.
Sementara rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) ditargetkan membaik di kisaran 3,5 persen dengan memperbaiki proses inisiasi kredit dan collection management system dan optimalisasi situs lelang rumah. Tak hanya itu, laba juga ditargetkan tumbuh hingga Rp 3 triliun.
“Meskipun laba tahun lalu turun tajam, tahun ini kami optimistis laba Bank Tabungan bisa menembus Rp 2,5 triliun- Rp 3 triliun dengan menurunkan cost of fund atau biaya dana menjadi 5,27 persen dan mendorong fee based income tumbuh di atas 17 persen dibandingkan tahun lalu, kita juga akan mengupayakan penurunan biaya umum dan sebagainya,” ujar Pahala.
Baca juga: Bank Mandiri Tebar Dividen Rp 16,49 Triliun
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.