Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Foopak Bio Natura, Inovasi Sinar Mas yang Ramah Lingkungan

Kompas.com - 13/03/2020, 12:15 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com –  Sinar Mas melalui salah satu anak perusahaannya penghasil pulp-tissue dan kertas, terus berupaya untuk mengembangkan produk kemasan kertas yang ramah lingkungan.

Hasilnya melalui penelitian yang komprehensif, pada 2017 salah satu anak perusahaan Sinar Mas tersebut resmi meluncurkan kemasan kertas ramah lingkungan mereka, yakni Foopak Bio Natura.

Kemasan itu telah tersertifikasi EN13432 dari pengujian berstandar Eropa dan Internasional, serta terbukti dapat terurai dalam 12 minggu.

Hal itu pun membuktikan komitmen Sinar Mas dalam kelestarian lingkungan dan ekosistem berkelanjutan.

Baca juga: Perangi Katarak di Pelosok Daerah, Sinar Mas Gandeng Banyak Pihak

Saat ini, Foopak Bio Natura sudah dapat diproduksi dan digunakan sebagai alternatif kemasan makanan berbahan kertas yang dapat didaur ulang, sehingga tidak memenuhi tempat pembuangan akhir (TPA) seperti keresek plastik.

Foopak Bio Natura pun telah menerima banyak penghargaan dan predikat, salah satunya Sustainability Product of The Year oleh BIG Awards 2018.

Ada pula penghargaan Green Supply Chain Award oleh SDCE Awards 2018 dan Product of the Year dari Environmental Leader Awards 2019.

The Wall Sreet Journal merilis tabel negara-negara yang banyak menghasilkan sampah ke lautanThe Wall Sreet Journal The Wall Sreet Journal merilis tabel negara-negara yang banyak menghasilkan sampah ke lautan

Terciptanya Foopak Bio Natura tentu perlu dukungan para stakeholder terkait, khususnya pelaku bisnis kuliner dan para konsumen agar memilih kemasan makanan yang dapat didaur ulang.

Sejak 2017 pula, kemasan ramah lingkungan itu telah diperjualbelikan ke berbagai produsen makanan dan minuman di seluruh dunia.

Misi mengurangi sampah plastik

Terciptanya Foopak Bio Natura dilatarbelakangi kampanye pengurangan sampah plastik yang makin gencar.

Terlebih berdasarkan data Statista Institut Pertanian Bogor, Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik nomor dua tertinggi dunia setelah China.

Produksi paper cups di seluruh dunia pun mencapai 320 miliar per tahun pada 2018. Jika disejajarkan, panjangnya setara perjalanan pulang-pergi 33 kali dari Bumi ke Bulan.

Angka itu terus naik seiring tren konsumsi makanan dan minuman dengan cara take away atau delivery.

The Wall Street Journal merilis tabel tren perbandingan konsumsi makanan dan minuman di restoran dengan pemesanan online di dunia The Wall Street Journal The Wall Street Journal merilis tabel tren perbandingan konsumsi makanan dan minuman di restoran dengan pemesanan online di dunia

“Lebih mudah pesan makanan lewat aplikasi online. Selain banyak promo, juga tidak bikin repot,” kata pekerja di kawasan Thamrin Ingrid Pangalila yang sering memesan online.

Meski demikian, ia melanjutkan jika imbasnya adalah menaikkan jumlah sampah plastik dan bungkus makanan.

Padahal berdasarkan data, hanya 1 persen dari 320 miliar paper cups yang bisa didaur ulang karena susahnya memisahkan lapisan plastik.

Baca juga: Ini Wujud Nyata Kepedulian Sinar Mas terhadap Lingkungan

Sementara itu, pemerintah Indonesia telah memiliki misi mengurangi sampah plastik sebesar 30 persen sampai 2025.

Di kota besar seperti Bali dan Jakarta, semua restoran sudah harus meniadakan sedotan plastik dan kantong plastik sekali pakai dikenai biaya tambahan.

Gubernur Jakarta pun mengimbau kantong plastik sama sekali ditiadakan melalui Peraturan Gubernur Nomor 142 tahun 2019 tentang Kewajiban Penggunaan Kantong Belanja Ramah Lingkungan pada pusat perbelanjaan, swalayan, dan pasar rakyat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com