Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 19 Sektor Industri yang Mendapat Relaksasi PPh Impor

Kompas.com - 13/03/2020, 15:18 WIB
Ade Miranti Karunia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, ada 19 sektor industri manufaktur yang akan mendapat relaksasi pajak penghasilan (PPh) 22 impor.

Sebanyak 19 sektor industri ini merupakan usulan dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).

Relaksasi ini sebagai tindakan untuk mempermudah industri domestik mencari bahan baku ke negara lain akibat adanya virus corona (Covid-19).

"Sebesar 30 persen bahan baku yang dibutuhkan industri dalam negeri nasional itu berasal dari China. Sekarang industri harus melakukan corporate action untuk mencari alternatif negara mana saja yang bisa mereka dapatkan bahan baku untuk operasional masing-masing," katanya di Jakarta, Jumat (13/3/2020).

Baca juga: Sri Mulyani Siapkan Rp 1 Triliun ke Kemenkes untuk Tangani Corona

Alternatif industri mencari bahan baku ke negara lain, menurut Agus Gumiwang, tidak hanya Indonesia saja, tetapi negara lain pun turut berebut. Maka dari itu, harga bahan baku dari alternatif negara lain tentu melonjak.

Selain itu, relaksasi atau pembebasan biaya masuk terhadap bahan baku industri, menurut dia, tidak boleh mengganggu produk-produk yang sudah dihasilkan.

"Tidak boleh ada produk-produk impor bahan jadi yang ada dalam paket ini. Intinya kami pemerintah tidak mau ada free rider," ujarnya.

Berdasarkan usulan Kadin dan Apindo, berikut 19 industri manufaktur yang mendapatkan relaksasi PPh 22 impor:


1. Industri bahan dan barang kimia

2. Industri peralatan listrik

3. Industri kendaraan bermotor, rider dan semi rider

4. Industri farmasi, produk obat-obat kimia dan obat tradisional

5. Industri logam dasar

6. Industri alat angkutan lainnya

7. Industri bahan kertas

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com