Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Sentral AS Pangkas Suku Bunga Acuan hingga 0 Persen

Kompas.com - 16/03/2020, 07:33 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNN

WASHINGTON, KOMPAS.com - Bank Sentral Amerika Serikat, the Federal Reserve pada Minggu (15/3/2020) waktu setempat mengumumkan bakal memangkas suku bunga acuan hingga  0 persen.

Hal itu dilakukan sebagai langkah tegas dan darurat yang dilakukan bank sentral untuk mendukung perekoknomian di tengah pandemik virus corona.

Pemangkasan suku bunga tersebut lebih cepat dari yang diprediksi oleh pasar. Hal itu dirancang untuk mencegah lonjakan kredit macet dan disrupsi di pasar keuangan.

Terakhir kali The Fed memangkas suku bunganya hingga 0 persen adalah saat krisis keuangan global lebih dari 10 tahun yang lalu.

Baca juga: Makin Kecil, Berikut Suku Bunga Deposito Perbankan Hari Ini

Jajaran dewan gubernur bank sentral akan bertemu pekan ini dan melaporkan hasil pertemuan tersebut pada Rabu (18/3/2020).

Sebelumnya, bank sentral telah menurunkan suku bunga setengah poin persentase pada 3 Maret 2020.

Tindakan darurat yang diambil The Fed menunjukkan, bank sentral meyakini roda penggerak mesin ekonomi AS kian tergerogoti dan harus segera diselamatkan.

Pasar saham Amerika Serikat satu pekan ini jatuh ke pasar bearish untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir.

Hal itu terjadi lantaran investor kian mengkhawatirikan situasi perekonomian global bisa terperosok ke resesi yang lebih dalam. Pasalnya, banyak orang yang melakukan karantina atas diri mereka sendiri di rumah dan pergerakan yang terjadi terhenti begitu saja hampir di seluruh dunia.

"Dunia sedang menghadapi situasi pandemik dan untuk saat-saat yang luar biasa seperti sekarang, kita perlu perhitungan yang luar biasa pula," ujar Chief Market Analyst Avatrade Nadeem Aslam.

Baca juga: Pemangkasan Suku Bunga oleh Bank Sentral AS Bikin Rupiah Moncer

Selain memangkas suku bunga, The Fed juga mengatakan bakal kembali melakukan intervensi pasar dengan membeli obligasi pemerintah AS senilai 700 miliar dollar AS serta sekuritas dengan hipotek.

The Fed pun melakukan kesepakatan dengan lima bank sentral lain, yaitu Bank of Canada, Bank of England, Bank of Japan, European Central Bank, dan Swiss Natinal Bank untuk menurunkan bunga operasi swap nilai tukar untuk menjaga pasar keuangan berjalan secara normal.

Terakhir kali The Fed menurunkan swap mata uang selama krisis 2011. Langkah tersebut membuat bank-bank di dunia bisa menarik utang dalam dollar AS lebih murah.

Swap mata uang khususnya dalam dollar AS merupakan salah satu inti dalam transaksi keuangan internasional. Pasar mata uang internasional dalam keadaan kekurangan dollar AS, yang merupakan mata uang safe haven yang akan dibeli oleh para investor dan beberapa negara di dunia di kala krisis.

Langkah koordinasi para bank sentral ini diharapkan mengurangi ongkos utang jangka pendek perbankan di seluruh dunia, juga bisa menjaga ekonomi global dari kredit macet seperti yang sempat terjadi 10 tahun lalu.

Baca juga: Hadapi Risiko Corona, Bank Sentral AS Pangkas Suku Bunga

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com