Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apindo Bantah RS Swasta Tolak Pasien Corona karena Urusan Bisnis

Kompas.com - 20/03/2020, 12:54 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah rumah sakit (RS) swasta di Tanah Air dilaporkan menolak calon pasien yang hendak memeriksakan diri terkait virus corona.

Dalam tayangan Youtube Deddy Corbuzier misalnya, seorang pasien berstatus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) mengaku diperintahkan salah satu RS swasta untuk pergi ke 4 rumah sakit besar lain tanpa disertai pengawasan dan tanpa diberikan pemeriksaan penunjang.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani membantah penolakan pasien didasari karena urusan bisnis, yakni rumah sakit tidak ingin menerima pasien PDP, ODP, maupun positif Covid-19 karena takut pelanggan sepi dan tidak mendukung pemerintah.

"Oh enggak, enggak. Mereka diam-diam ada yang menerima lho, Mbak. Enggak diungkapkan ke publik saja. Kalau RS enggak mungkin lah dia enggak menerima pasien," Kata Hariyadi kepada Kompas.com, Jumat (20/3/2020).

Baca juga: Erick Thohir Buka Lowongan Relawan untuk Perangi Corona, Minat?

Hariyadi mengungkap, pasien yang mengalami penolakan lebih disebabkan karena koordinasi antara pemerintah dengan rumah sakit belum terkoordinir dengan baik.

Pasalnya pemerintah telah mengumumkan rumah sakit rujukan untuk virus corona hanya berjumlah 137 rumah sakit. Dia menilai, kemungkinan RS swasta yang tidak masuk dalam 137 rumah sakit rujukan tidak mendapat koordinasi yang lebih baik.

"Jadi ini kan penanganan corona kan penanganan khusus ya, karena infeksius, menular. Jadi banyak RS swasta yang memang, kalau yang di luar rumah sakit rujukan itu, kemungkinan mereka tidak cukup mendapatkan sosialisasi gitu, koordinasinya kurang," terang Hariyadi.

Di sisi lain, beberapa rumah sakit tidak memiliki perlengkapan alat medis yang memadai, seperti Alat Pelindung Diri (APD) yang terbatas. Padahal menurut Hariyadi, APD sangat penting untuk menunjang kesehatan pekerja medis di garda terdepan.

Belum lagi kapasitas ruang isolasi beberapa rumah sakit yang terbatas. Dia mencontohkan, ruang isolasi RSUP Persahabatan yang dijadikan rujukan hanya sekitar 24 tidur dengan 12 ruang isolasi, dan 2 ruang ICU. Hal itu yang menyebabkan beberapa rumah sakit menolak karena tidak siap.

"Makanya saya bilang ini penting di koordinasikan dan yang garda terdepan harus dikasih kelengkapan itu walaupun nanti istilahnya hanya melakukan rapid test ya. Kita kan enggak tahu masyarakat itu ada gejalanya atau enggak, kita enggak tahu, lho," ujar dia.

"Kayak gitu-gitu kan kita harus hati-hati karena memang ini bukan penyakit sembarangan dan bisa dipahami kalau RS swasta juga enggak siap," lanjutnya.

Lebih lanjut dia pun memastikan, RS swasta akan mau bekerja sama memeriksa pasien Covid-19 sepanjang ada koordinasi dan langkah yang baik.

Apalagi, saat ini pemerintah telah menyulap Wisma Atlet Kemayoran menjadi pusat penampungan pasien corona (corona crisis). Hal itu membuat koordinasi semakin mudah.

"Jadi dengan ada center-nya, masyarakat lebih terarah. Kita harapkan dengan adanya koordinasi lebih baik, penanganan ke masyarakat lebih bagus, panduannya lebih baik. Jadi selama ini ada beberapa (RS swasta yang menerima), saya enggak sebutin saja (nama RS-nya). Tapi saya tahu mereka menerima," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com