Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Covid-19, Apa Benar Ini Bisa Jadi Peluang Bisnis bagi UMKM?

Kompas.com - 20/03/2020, 15:32 WIB
Kurniasih Budi

Penulis

KOMPAS.com - Ancaman corona virus disease (Covid-19) berpotensi mendorong Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM) menekan impor komoditas pertanian.

Para pelaku UMKM bahkan dapat mencari peluang dari terhambatnya aktivitas impor dan ekspor pada masa pandemi virus corona.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor barang konsumsi hasil pertanian mencapai 10 miliar dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2019 atau sekitar Rp 140 triliun.

“Bila produk UMKM dapat berorientasi substitusi impor, maka sama artinya mencetak minimal 2 juta orang agropreneur baru," kata Praktisi Koperasi Milenial dan Ekonomi Kerakyatan, Frans Meroga Panggabean, dalam pernyataan tertulis, Jumat (20/3/2020).

“Langkah itu berpotensi mencetak lapangan pekerjaan baru, menekan angka kemiskinan, mengurangi defisit neraca perdagangan, juga menjadi momentum kebangkitan kedaulatan pangan nasional,” ujarnya.

Peluang bisnis herbal

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menginstruksikan untuk melakukan rapid test Covid-19 dengan cakupan lebih luas.

Langkah itu bertujuan mendeteksi secara dini apakah seseorang terpapar virus corona.

Frans mengatakan, pandemi Covid-19 membuka peluang bagi pelaku UMKM pertanian, utamanya petani tanaman obat herbal dan jamu untuk berkembang.

Bahan alam asal Indonesia yang menjadi bahan baku obat herbal terstandar Sido MunculKOMPAS.com/ KURNIASIH BUDI Bahan alam asal Indonesia yang menjadi bahan baku obat herbal terstandar Sido Muncul

Pasalnya, minat masyarakat Indonesia mengonsumsi ramuan tradisional cukup besar.

Ia menjelaskan, kebiasaan itu tak lepas dari manfaat minum jamu maupun obat herbal, yakni meningkatkan daya tahan tubuh.

Baca juga: Disebut Bisa Tangkal Corona Bikin Harga Empon-empon Naik

"Bayangkan bila seluruh rakyat Indonesia setiap hari minum ramuan jahe, temulawak, kunyit, dan serai. Itu minimal kebutuhan nasional atas empon-empon mencapai 2 juta ton untuk setiap jenis rempah tersebut," kata dia.

Menurut dia, total nilai kebutuhan 4 jenis rempah tersebut bisa mencapai Rp 70 triliun.

Kompas.com, Jumat (20/3/2020) melansir, Dekan Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Daryono Hadi Tjahjono mengatakan, konsumsi tanaman kunyit dan temulawak secara tunggal maupun gabungan dapat meningkatkan daya tahan tubuh atau imunomodulator.

Baca juga: ITB Jelaskan Manfaat Kunyit dan Temulawak Terkait Covid-19

Namun demikian, manfaat tanaman tersebut terkait penanganan Covid-19 perlu pembuktian ilmiah.

“Manfaat kurkumin terhadap penyembuhan Covid-19 tentu masih memerlukan pembuktian melalui penelitian lanjutan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com