Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Tekstil Indonesia: Banjir Impor hingga Corona

Kompas.com - 24/03/2020, 07:16 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Kebanjiran impor

Tak hanya Covid-19 yang menghantam, rupanya banjir produk tekstil impor di dalam negeri turut memukul pendapatan.

Sekretaris Jenderal APSYFI Redma Gita Wirawasta mengatakan, industri mulai terseok-seok saat impor garmen meningkat beberapa bulan belakangan, sebelum wabah virus corona menyerang.

"Industri mulai slowdown, ditambah Covid-19. Tekanan akan terjadi tak hanya di industri garmen dan konveksi, tapi kain, benang, dan hulunya," kata Redma

Senada, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Sektor Perdagangan Dalam Negeri, Chandra Setiawan mengatakan, fenomena itu membuat industri lokal dan luar negeri berebut pangsa pasar.

Apalagi produk impor kebanyakan merupakan barang jadi, bukan bahan baku.

"Kalau bicara market size, impornya dibuka, sudah kecil, berebutan, kita kesulitan. Terutama market-nya langsung market konsumsi seperti pakaian jadi. Kan langsung bisa dibeli (oleh masyarakat," ucap Chandra.

Ujung-ujungnya PHK karyawan dalam industri tekstil bukan lagi hal mustahil. Meski berat, PHK jadi satu-satunya jalan yang tidak terelakkan.

"Kalau kita tidak punya market lagi, PHK bukan hal yang mustahil. Akan ada keterpaksaan perusahaan untuk melakukan PHK karena marketnya kecil. Ini poin yang cukup penting," ucap dia.

Baca juga: RI Dicoret AS dari Daftar Negara Berkembang, Pengusaha Tekstil Risau

Stimulus dari pemerintah

Industri sepakat, satu-satunya cara membuat industri ini tetap hidup adalah stimulus tambahan dari pemerintah. Mereka mengaku, stimulus yang telah diberikan pemerintah selama ini belum cukup mendongkrak.

Redma mengungkap, insentif semata-mata diperlukan untuk menjaga arus kas (cashflow) perusahaan sehingga pembayaran dan THR kepada karyawan tidak terganggu alih-alih memberhentikan karyawan.

Dia bilang, wabah corona sudah cukup mengganggu arus kas perusahaan, yang kemudian berakibat tak terbatas hingga sektor hulu. Arus kas yang terganggu di sektor hilir misalnya, akan berpengaruh pada penundaan pembayaran di sektor hulu, seperti industri kain dan benang.

"Tentu cashflow jadi masalah dan berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kalau kita tidak mau ada PHK tentu yang kita utamakan adalah pembayaran gaji ke karyawan. Itu yang diutamakan. Ketika ada relaksasi (dari pemerintah), kita sangat menjaga agar tidak ada PHK," jelas dia.

Baca juga: Ada Corona, Industri Tekstil Tak Berharap Banyak dari Momen Lebaran

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com