Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Gunung Kidul Mulai Panen Kacang dan Jagung, Hasilnya di Atas Rata-rata

Kompas.com - 24/03/2020, 11:45 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Bambang Pamuji mengapresiasi hasil panen palawija, seperti kacang tanah dan jagung di Kabupaten Gunung Kidul.

Menurut Bambang hasil panen tersebut masuk kategori bagus dengan level di atas rata-rata. Hal ini tak lepas dari keberhasilan penerapan sistem tanam tumpang sari di Gunung Kidul.

"Ke depan, Kementan akan mendorong penerapan tumpang sari untuk meningkatkan produksi dalam negeri agar petani diuntungkan dengan panen yang dihasilkan,” ujarnya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (24/3/2020).

Apalagi, lanjutnya, tumpang sari di beberapa tempat sudah menunjukkan hasil yang cukup signifikan sehingga dapat menjadi solusi di tengah maraknya alih fungsi lahan.

Menurut pantauan Kementan di lapangan, kini sejumlah desa di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta sedang menggelar panen raya kacang tanah dan jagung.

Baca juga: Kementan Gencarkan Program Pupuk Bersubsidi, 3.000 Petani di Bangka Tengah Terima Kartu Tani

Panen ini merupakan yang kedua setelah sebelumnya para petani juga memanen komoditas sama dengan hasil yang memuaskan.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Bambang Wisnu Broto sebelumnya menyampaikan, kacang dan jagung adalah dua komoditas unggulan Gunung Kidul yang menjadi andalan kebutuhan nasional.

"Walaupun panennya musim hujan yang tidak menentu, tapi kami harus bersyukur bahwa hasil ini cukup memuaskan. Tentu ke depan, kami akan pacu lagi dengan berbagai program yang ada agar hasil panennya meningkat," ujarnya, Senin, (23/3/2020).

Bambang menambahkan, hasil ubinan kacang yang dihasilkan petani kurang lebih mencapai 16,5 kuintal wose per hektar (ha) yang ditanam di atas lahan monokultur seluas 50 ha.

Baca juga: Tingkatkan Produktivitas Petani Gunung Kidul, Kementan Salurkan Alsintan

"Sedangkan untuk jagung ubinan yang ditanam dengan metode tumpang sari di lahan 146 ha totalnya mencapai 11 kilogram (kg) tongkol atau sekitar 9,8 ton pipil kering per ha," katanya.

Harapan kepada pemerintah

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Manunggal Karya Kanigoro, Nyoto, menambahkan, keuntungan yang diperoleh dari panen ini mencapai puluhan juta rupiah untuk area lahan 1 ha.

"Karena itu, saya berharap pemerintah mampu menyediakan alat bantu, seperti power thresher multiguna atau mesin perontok untuk memudahkan produksi dengan jumlah yang banyak," harapnya.

Adapun Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Saptosari, Sriyatun, berharap semua hasil panen yang ada dapat dijual ke dalam bentuk wose.

Baca juga: Menilik Manfaat Besar Air dan Alsintan dalam Pertanian...

Sebab, menurutnya, perhitungan analisis usaha tani dalam 1 ha dengan produksi 16,5 kuintal wose yang dijual seharga Rp 25.000 per kg.

"Dari hasil panen ini kami bisa mendapatkan pendapatan bersih sebesar Rp 25.192.000 per hektar,” ungkapnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com