NEW YORK, KOMPAS.com - Penyebaran virus corona yang kian pesat membuat pasar keuangan bergejolak.
Pasar saham merosot, begitu juga dengan nilai tukar mata uang. Dalam kondisi yang serba tidak pasti ini, berinvestasi menjadi hal yang membingungkan, khususnya bagi investor pemula.
Pertanyaannya, apakah investasi harus ditunda di tengah kekhawatiran akibat virus corona?
Baca juga: Cara Investasi Saham yang Bebas Fear and Greed
Pakar keuangan Ramit Sethi mengungkapkan, pelemahan pasar keuangan tidak perlu menjadi sinyal untuk berhenti investasi, kecuali Anda kekurangan uang.
"Saham bisa saja murah, memungkinkan Anda membeli saham dengan harga yang lebih miring. Akan tetapi, jika Anda tidak memiliki cukup dana tunai untuk membantu Anda melewati potensi kehilangan pekerjaan, maka ini saatnya menggeser fokus ke dana darurat," ujar Sethi seperti dikutip dari Business Insider, Rabu (25/3/2020).
Sethi pun menekankan pentingnya membangun dan mempertahankan dana darurat setara kebutuhan setahun.
"Biasanya Anda mendengar soal dana darurat dan orang-orang terus mengatakan harus setara (pengeluaran) tiga bulan atau enam bulan. Tidak. (Harus setara pengeluaran) setahun. Kita cenderung lebih konservatif dan agresif (tentang menabung) berdasarkan apa yang terjadi di berita," tegas Sethi.
Baca juga: Mau Investasi Saat Pasar Bergejolak? Pertimbangkan 3 Hal Ini Dulu
Menurut dia, apabila Anda tidak memiliki asuransi dan dana darurat yang mencakup pengeluaran selama setahun, lebih baik Anda menunda investasi dan memupuk dana darurat.
Sethi biasanya menekankan pentingnya investasi. Dalam bukunya yang berjudul I Will Teach You To Be Rich, ia mendorong orang-orang untuk memulai berinvestasi sedini mungkin.