Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER DI KOMPASIANA] Kepulangan Ibunda Jokowi | APD untuk Petugas Medis | Karantina Geografis di NTT

Kompas.com - 28/03/2020, 16:08 WIB
Harry Rhamdhani

Penulis

KOMPASIANA - Ibunda Presiden Joko Widodo, Sujiatmi Notomihardjo, meninggal dunia pada usia 77 tahun di rumah sakit Rabu (25/3/2020) pukul 16.45 WIB setelah menjalani perawatan karena sakit kanker.

"Ibu ini sudah empat tahun mengidap sakit yaitu kanker, dan sudah berobat. Sudah berusaha berikhtiar utamanya ke RSPAD Gatot Subroto," kata Jokowi, seperti dikutip dari kompas.com, kepada wartawan pada Rabu (25/3/2020).

Selain itu masih ada konten-konten seputar pandemi covid-19 yang isunya terus berkembang di tengah masyarakat. Dampak-dampaknya bahkan sudah terasa bagi para pedagang yang sepi pembeli.

Kemudian kondisi para dokter dan tenaga medis juga tidak kalah mendapat sorotan Kompasianer pada pekan ini, khususnya tentang ketersediaan alat pelindung diri (APD) saat mereka bertugas.

Berikut 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana selama sepekan:

1. Mengenang Ibunda Jokowi Sujiatmi Notomiharjo, Simbol Kesederhanaan dan Kejujuran

Jika harus mengenang sosok Ibunda Jokowi, Sudjiatmi Notomiharjo, untuk menggambarkan sosok ini secara simbolik maka hanya akan teringat dua buah kata yakni "kesederhanaan dan kejujuran".

Kedua hal tersebut, menurut Kompasianer Arnold Adoe, menautkan dirinya dengan sesama di dalam hidupnya.

Keluarga Jokowi bukanlah berasal dari kalangan ningrat, sehingga perjuangan hidup luar biasa dari ayah dan ibu adalah bagian dari keseharian mereka. Sudjatmi digambarkan Jokowi sebagai ibu pejuang nan gigih.

Prinsip hidup yang tetap ditinggalkannya meski raganya telah pergi. Terima kasih telah menunjukan keteladanan dalam mendidik anak-anak Eyang, sebuah teladan berharga bagi bangsa ini. Selamat Jalan," tulis Kompasianer Arnold Adoe. (Baca selengkapnya)

2. Karantina Geografis Covid-19 untuk NTT

Pro dan kontra kebijakan lockdown saat ini menjadi perdebatan yang hangat oleh berbagai kalangan.

Mereka yang setuju berpendapat bahwa cara ini merupakan usaha menahan laju penyebaran virus sehingga memungkinkan para penderita dapat ditangani dalam rentang waktu dan dengan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Hal ini sejalan dengan apa yang coba disampaikan oleh Kompasianer Herman Seran tentang beographical barrier (batasan geografis), khususnya daerah Nusa Tenggara Timur.

Sebab, lajutnya, sebagai provinsi kepulauan, NTT memiliki keunggulan geographical barrier jika dimanfaatkan dengan baik akan menjadi kekuatan untuk memerangi penyebaran COVID-19.

"Dengan lockdown berbasis pulau memungkinkan aktivitas masyarakat setempat tidak terhenti tetapi, orang yang mengidap atau pembawa virus dihambat untuk memasuki wilayah NTT, apalagi pindah dari pulau ke pulau di NTT," tulis Kompasianer Herman Seran. (Baca selengkapnya)

3. Penjualan di Masa Covid-19: Pemasaran Alami Koma, Ujung Tombak di Ujung Tanduk

Dalam sudut pandang pemasaran, menurut Kompasianer Freddy Kwan, panic buying ini membuat kita memasuki kondisi di mana pemasaran mengalami koma, yaitu kondisi di mana Ilmu Pemasaran tidak lagi dipakai secara utuh dalam memasarkan produk.

Sebagai contoh, saat pemerintah mengimbau bekerja dari rumah untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19, tim penjual dan logistik tidak serta merta bisa melaksanakan imbauan tersebut.

"Dalam kondisi seperti ini, sangat penting bagi perusahaan untuk menjaga ketersediaan produknya di pasar (Place). Kekosongan produknya di pasar dalam kondisi ini, hanya menjadi pembuka jalan bagi kompetitornya untuk merebut pasar," lanjutnya

Namun, strategi apalagi yang tepat dalam menanggulangi turunnya konsumen yang akan dan telah terjadi ini? (Baca selengkapnya)

4. Mereka yang (Terpaksa) Pede Meski Tak Ada APD

Fenomena keterpaksaan tenaga medis menggunakan jas hujan sebagai APD terjadi di berbagai daerah, termasuk di salah satu RS Rujukan Covid-19 di Kota Tegal.

Tenaga medis ini harus APD yang dapat melindungi seluruh bagian tubuh dari kaki hingga kepala. Bentuk APD yang umum dipakai oleh tenaga medis ini adalah baju Hazmat, googles, sarung tangan, masker N95, dan sepatu boot.

"Kenyataan di lapangan hazmat sangat langka, sehingga para tenaga medis fasilitas kesehatan di berbagai daerah terpaksa berinisiatif memakai jas hujan sebagai pengganti Hazmat untuk menutupi tubuh mereka," tulis Kompasianer Musfiq Fadhil.

Jika tidak cepat diatasi atas kekurangan peralatan ini, maka nasib para tenaga medis sungguh mengkhawatirkan, seperti diminta berperang tapi tidak dipersenjatai. (Baca selengkapnya)

5. Salah Telanjur Tinggalkan Jakarta dalam Situasi Bahaya Covid-19

Sebagai karyawati di sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang telekomunikasi dan digital, sebenarnya hal biasa bagi Kompasianer Getha Dianari setiap akhir pekan pulang ke Bandung.

Akan tetapi, pada kepulangannya kali itu, membuatnya tidak bisa kembali ke Jakarta untuk melanjutkan pekerjaannya pada Senin pekan depan.

"Saya memasang reminder di kalender ponsel pada 26 Maret 2020 "cek kondisi kesehatan orang rumah". Tanggal tersebut adalah hari ke-14 setelah saya meninggalkan Jakarta, saya ingin memastikan bahwa setelah masa inkubasi virus selama 14 hari tidak ada gejala yang terjadi," tulisnya.

Namun sayang, pada 24 Maret 2020, Kompasianer Getha Dianari menderita pilek dan tenggorokan sakit yang membuatnya tidak bisa kembali ke Jakarta. (Baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com