Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Miris Warga Korsel yang Berpenghasilan Rendah Saat Corona

Kompas.com - 30/03/2020, 15:05 WIB

Para warga berpenghasilan rendah ini masih tertolong berkat paket stimulus dari pemerintah sebesar 11,7 triliun won yang diberikan dalam bentuk pinjaman darurat berbunga rendah untuk pelaku usaha UMKM di Korsel agar tetap bisa bertahan.

Jung sendiri, tetap bisa membuka usahanya karena sewa bulanan tokonya didiskon sebesar 50.000 won dari pemiliknya.

"Hampir setiap hari, sebenarnya saya ingin berhenti datang ke toko saya (karena terlalu sepi). Tapi saya terus membuka toko setiap pagi, berharap ada perubahan," kata Jung.

Yi Sang-gu, Presiden Welfare State Society, lembaga tink tank yang berfokus pada kebijakan pemerintah terkait kesejahteraan yang juga mantan Kepala Kebijakan di Kantor Staf Kepresidenan Korsel menyebut kalau kelas pekerja menghadapi masalah serius selama pandemi corona.

Baca juga: Catat, PNS Kerja dari Rumah hingga 21 April 2020

"Sementara keluarga yang tinggal di rumah-rumah besar tidak mengalami banyak masalah dalam jangka waktu lama. Tapi ini masalah besar bagi orang-orang yang hanya tinggal di flat kecil berukuran 3,3 meter persegi selama berbulan-bulan, pada suatu waktu mereka bisa menghadapi kesulitan fisik dan mental yang serius," jelas Yi.

Ha Young-suh, yang berperan sebagai orang tua tunggal yang tinggal di Pohang memiliki anak perempan berusia 8 tahun. Dia memenuhi kebutuhan dengan menjual tas tangan dengan menyewa lapak kecil di sebuah departement store.

Tetapi sebagian besar harinya saat ini, hanya lebih sering menjual satu tas saja dalam sehari meski bekerja sampai jam 9 malam.

Berbeda nasib dengan para orang tua yang mampu membayar pengasuh atau guru les untuk anak-anak mereka saat mereka bekerja, Ha nyaris tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk makan sehari-hari dan membayar uang sewa tempat tinggal bersama anaknya.

Baca juga: Akibat Lockdown, Banyak Orang India Tak Sanggup Bayar Kontrakan

Untungnya di tengah kehidupannya yang miris, dia masih bisa bertahan karena mengandalkan bantuan pemerintah untuk sekolah anaknya.

Di Seoul, di tempat banyak para gelandangan dan pekerja berpenghasilan rendah ditampung, dapur umum juga banyak ditutup setelah pembatasan dilakukan pemerintah dan hanya menyisakan sedikit bantuan bagi tunawisma ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+