JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan perkembangan inflasi pada Maret 2020 mencapai 0,10 persen.
Angka inflasi itu membuat inflasi tahun kalender (year to date/ytd) sebesar 0,76 persen dan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,96 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, inflasi bulan Maret 2020 dipengaruhi oleh perkembangan harga komoditas yang mengalami kenaikan.
Baca juga: BI: Inflasi Minggu Keempat Maret Tetap Rendah Sebesar 0,13 Persen
Meski inflasi pada Maret 2020 lebih rendah dibanding bulan Februari 2020 (month to month/mtm).
"Kalau kita bandingkan inflasi Maret 2020 dengan februari 2020, inflasi Maret 0,10 persen, lebih rendah dibanding inflasi Februari 0,28 persen. Demikian juga dengan inflasi tahunan. Jadi inflasi maret lebih rendah secara bulanan," kata Suhariyanto dalam konferensi pers melalui live streaming, Rabu (1/4/2020).
Suhariyanto merinci, dari 90 kota IHK yang disurvei, 43 kota IHK terjadi inflasi dan 47 lainnya terjadi deflasi.
Inflasi tertinggi berada di Lhokseumawe sebesar 0,64 persen dan deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar -1,91 persen.
"Kalau ditelusuri lebih dalam, penyebab utama inflasi di Lhokseumawe adalah kenaikan berbagai harga jenis ikan dan kenaikan harga emas perhiasan. Sedangkan penyebab utama deflasi di Timika adalah turunnya tiket angkutan udara dengan sumbangan terhadap deflasi 0,77 persen," ujar Suhariyanto.
Baca juga: BI: Inflasi Terjaga Rendah, Harga Pangan Terkendali
Berdasarkan kelompok pengeluaran, yang memberikan sumbangan inflasi tinggi adalah kelompok pengeluaran 11 sebesar 0,99 persen dengan andil inflasi 0,06 persen. Komoditas paling dominan adalah kenaikan emas perhiasan dengan andil 0,05 persen.
Selanjutnya ada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,10 persen yang memberikan andil 0,03 persen.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.