Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Ditutup Melemah, Sentuh Rp 16.450 Per Dollar AS

Kompas.com - 01/04/2020, 16:24 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada penutupan perdagangan di pasar spot Rabu (1/4/2020) kembali melemah.

Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup pada level Rp 16.450 per dollar AS. Rupiah melemah 140 poin (0,86 persen) dibandingkan penutupan Selasa (31/3/2020) pada Rp 16.310 per dollar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, pelemahan rupiah didorong oleh kekhawatiran masyarakat akan pandemi virus corona yang masih belum teratasi.

Baca juga: Akhir Sesi Satu, IHSG Bertahan di Zona Hijau, Rupiah Melemah

Hal ini menyebabkan pelaku pasar khawatir untuk berinvestasi pada aset berisiko.

“Pasar tentu melihat kondisi sekarang yang masih sangat tertekan. Situasi yang memburuk akibat virus corona membuat pelaku pasar menahan diri dan menjauh dari aset-aset berisiko, termasuk di Indonesia. Akibatnya, rupiah pun melemah,” kata Ibrahim.

Sementara itu, rilis data IHS Markit, melaporkan indeks PMI Indonesia pada Maret 2020 turun menjadi 45,3 dibandingkan dengan bulan sebelumnya yaitu 51,9 akibat masalah pandemi virus corona.

Ini sekaligus menjadi indeks PMI yang terendah sepanjang sejarah pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.

Virus corona adalah biang keladinya, guna untuk meredam penyebaran corona maka masyarakat dianjurkan untuk tinggal di rumah, karena virus bergerak seiring aktivitas manusia. Ini membuat roda perekonomian berjalan sangat lambat,” tambah Ibrahim.

Baca juga: Simak, Kurs Rupiah Hari Ini di 5 Bank

Hingga saat ini pemerintah teus berupaya dalam melakukan stimulus pasar. Hal ini terbukti dari kerja sama pemerintah dan juga Bank Indonesia dalam mempersiapkan langkah antisipasi bersama melalui kebijakan luar biasa.

Kebijakan ini diatur melalui Perpu Nomor 1 tahun 2020 tentang kebijakan keuangan dalam rangka menghadapi ancaman virus corona atau Covid-19.

Dalam Perppu tersebut juga diatur, jika BI tidak boleh membiayai defisit fiskal pada kondisi tidak normal yang menyebabkan defisit fiskal yang besar.

“Oleh karena itu BI dimungkinkan untuk menyerap kebutuhan defisit fiskal melalui membeli SUN dan SBSN di Pasar Perdana,” tambahnya.

Baca juga: Pagi Ini Rupiah Kembali Melemah terhadap Dollar AS

Selain Iindonesia, data manufaktur dari Asia dan Eropa juga menunjukkan perlambatan ekonomi yang parah ketika kawasan tersebut mencoba untuk memerangi pandemi virus corona.

Hampir semua negara, baik di Asia maupun Eropa Manufaktur PMI-nya mengalami kontraksi atau berada dibawah 50, kecuali data Manufaktur PMI China diluar dugaan mencapai level 52.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com