Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meredam Mudik dan Skenario Ekonomi 2020

Kompas.com - 03/04/2020, 06:01 WIB
Mutia Fauzia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memutuskan untuk tidak melarang mudik Lebaran 2020 di tengah wabah virus corona (Covid-19). Warga hanya diimbau jangan mudik karena berpotensi menularkan virus corona ke kampung halaman.

Menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, pertimbangan utama pemerintah tidak melarang mudik Lebaran 2020 yakni agar ekonomi tidak mati.

Meski begitu, Menteri Sosial Juliari P. Batubara menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan agar menyusun program bantuan sosial (bansos) khusus, bagi daerah-daerah seperti Provinsi DKI Jakarta untuk meredam arus mudik.

Jadi mudik tidak dilarang, hanya diredam. Tentu saja tujuannya untuk meminimalisasi penyebaran virus corona.

Apalagi Presiden Jokowi juga mengusulkan mengganti jadwal mudik pada hari libur nasional setelah Hari Raya Idul Fitri agar warga tetap bisa mudik.

Baca juga: Pemerintah Siapkan Bansos Khusus untuk Redam Arus Mudik

Bicara soal ekonomi, mudik memang jadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan perekonomian pada periode bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri setiap tahun.

Oleh karena itu, melarang atau meredam mudik pasti ada konsekuensinya.

Chief Economist PT Bank Permata (Tbk) Josua Pardede mengatakan, aktivitas mudik Lebaran merupakan salah satu faktor pendorong peningakatan konsumsi rumah tangga selama periode Ramadhan hingga Idul Fitri.

Pada kondisi normal sebelum pandemi, Ramadhan dan Idul Fitri merupakan faktor musiman yang berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional setiap tahun.

Baca juga: Tak Ada Larangan Mudik, Luhut: Pertimbangannya Supaya Ekonomi Tidak Mati

Jika dilihat pola musiman pertumbuhan ekonomi setiap tahun, konsumsi rumah tangga cenderung meningkat pada kuartal II bertepatan dengan bulan Ramadhan dan kuartal IV bertepatan dengan libur Natal dan Tahun Baru.

"Faktor musiman Ramadhan mendorong peningkatan belanja makanan dan perlengkapan rumah tanga yang meningkat dibandingkan bulan-bulan lainnya sepanjang tahun," jelas Josua ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (2/4/2020).

Peningakatan konsumsi rumah tangga tersebut juga ditopang oleh Tunjangan Hari Raya (THR) serta aktivitas mudik lebaran. Dampak ekonomi mudik setiap tahunnya berdampak signifikan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah.

Baca juga: Soal Penutupan Jalan Tol Jabodetabek, BPJT: Kita Tunggu Arahan Menteri PUPR

Josua mengatakan, rata-rata pertumbuhan ekonomi kuartal II dalam lima tahun terakhir ini cukup solid di kisaran 5-5,1 persen. Angka ini ditopang oleh periode Ramadhan dan Lebaran yang di dalamnya ada aktivitas mudik.

Adapun secara berturut-turut, berdasarkan data yang dihimpun Kompas.com, pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal II dalam lima tahun terakhir secara berturut-turut; 5,05 persen di kuartal II-2019, 5,27 persen di kuartal II-2018, 5,01 persen pada kuartal II-2017, serta 4,67 persen di kuartal II-2015.

Adapun untuk kuartal II-2014, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen.

Baca juga: Ini Ruas-ruas Tol yang Direkomendasikan Ditutup

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com