"Oleh sebab itu, tentu apabila pemerintah melarang masyarakat untuk mudik pada lebaran tahun ini, tentu faktor musiman yang mendorong perekonomian pada tahun ini akan hilang," ujar Josua.
Sementara itu Direktur Riset Centre of Reform on Economics Piter Abdullah menyakini, meski ada pandemi virus corona, Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini masih akan memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Menurut saya di tengah wabah corona saat ini tidak akan signifikan (dampak Ramadhan dan Idul Fitri). Tentu berpengaruh positif tetapi akan jauh menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," ujar dia.
Baca juga: RI Dinilai Perlu Waspada Potensi Resesi Ekonomi Akibat Corona
Konsekuensi pertumbuhan ekonomi yang merosot bukan tak diketahui pemerintah. Berbagai hal coba diminimalisasi lewat berbagai insentif. Mulai dari keringanan kredit, pembebasan dan diskon tarif listrik hingga tentunya penyaluran bansos.
Di tengah berbagai upaya itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah memaparkan skenario berat hingga paling buruk yang akan dialami Indonesia akibat pandemi virus corona (covid-19).
Dalam paparannya kepada awak media melalui konferensi video, Sri Mulyani mengatakan ekonomi Indonesia bisa anjlok hingga minus 0,4 persen di akhir tahun.
Sementara untuk skenario berat, perekonomian RI hanya akan tumbuh di kisaran 2,3 persen.
"Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan turun ke 2,3 persen, bahkan skenario lebih buruk -0,4 persen," ujar Sri Mulyani.
Angka tersebut jauh dari target APBN 2020 yang menetapkan pertumbuhan APBN sebesar 5 persen.
Baca juga: Gubernur BI: Kondisi Ekonomi Saat Ini Berbeda dengan Krisis 2008 dan 1998
Sri Mulyani mengatakan, outlook pertumbuhan ekonomi yang menurun 2,3 persen bahkan mengalami kontraksi hingga 0,4 persen disebabkan konsumsi rumah tangga yang menurun serta pertumbuhan investasi yang juga mengalami tekanan.
Konsumsi rumah tangga diperkirkan anjlok dari biasanya dikisaran 5 persen menjadi hanya 3,2 persen hingga 1,6 persen.
Begitu juga dengan arus investasi yang anjlok dari yang semula diperkirakan bisa tumbuh hingga 6 persen tahun ini menjadi hanya 1 persen atau bahkan negatif hingga 4 persen.
Sementara itu, kinerja ekspor juga akan lebih mengalami kontraksi lebih dalam, begitu juga kinerja impor.
Namun sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau UMKM yang selama ini terbukti mampu tahan dalam setiap kondisi krisis diperkirkan akan terpukul paling depan karena tidak adanya kegiatan sosial akibat pandemik virus corona.