JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan indeks manajer pembelian manufaktur Indonesia (Purchasing Managers Index/PMI) tertekan pada akhir kuartal I tahun 2020.
Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya kasus positif virus corona (Covid-19) di daerah.
Alhasil, penurunan utilitas industri manufaktur di berbagai sektor tidak dapat dihindari. Namun, industri alat kesehatan yang justru stabil bahkan cenderung meningkat.
Baca juga: Kinerja Industri Manufaktur Melambat di Akhir 2019, Mengapa?
“Beberapa industri mengalami penurunan kapasitas (produksi) hampir 50 persen, kecuali industri-industri alat-alat kesehatan dan obat-obatan. Kami tetap mendorong industri bisa beroperasi seperti biasanya, namun dengan protokol kesehatan yang ketat sehingga terhindar dari wabah Covid-19,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis (2/4/2020).
Tidak hanya di Indonesia, lanjut Agus, aktivitas manufaktur di Asia juga mengalami kontraksi pada bulan Maret 2020 karena pandemi virus corona berdampak pada rantai pasokan.
Hal ini berdasarkan data IHS Market yang dirilis Rabu (1/4/2020), hampir seluruh PMI manufaktrur regional turun di bawah 50.
Indeks PMI Jepang anjlok ke level 44,8, sedangkan PMI Korea Selatan turun ke 44,2, level terburuk sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu.
Baca juga: 1 April, Gaji Pekerja Industri Manufaktur Resmi Tak Dipotong Pajak
Di Asia Tenggara, angka PMI Filipina turun menjadi 39,7, terendah sepanjang sejarah, sedangkan Vietnam merosot ke 41,9. Sementara itu, PMI Indonesia berada di posisi 45,3 pada Maret 2020.
Upaya menggairahkan sektor industri di dalam negeri, pihaknya akan mengusulkan pemberian berbagai stimulus fiskal dan nonfiskal.
Upaya tersebut merupakan antisipasi dari banyaknya negara yang melakukan protokol penguncian eilayah (lockdown) yang memberikan dampak negatif bagi pasar lokal maupun global.
Adapun, stimulus yang bakal dikeluarkan seperti mempermudah arus bahan baku. Sedangkan, dari sisi fiskal, akan ada pengurangan pajak perusahaan dan peniadaan pajak penghasilan karyawan.
“Hal tersebut untuk meringankan beban dunia usaha maupun karyawan dalam jangka waktu tertentu,” ujar Agus.
Baca juga: Airlangga: Paket Stimulus Pajak Berlaku untuk Industri Manufaktur
Meski pandemi Covid-19 membawa dampak terhadap outlook perekonomian dunia, termasuk Indonesia, namun pengalaman yang dialami oleh China bisa menjadi pembelajaran.
Apalagi, saat ini, geliat sektor manufaktur di Negeri Tirai Bambu tersebut mulai kembali bangkit.
“China mampu meng-create kesempatan dalam krisis seperti ini. Sebab, jika ekonomi China membaik, akan berpengaruh juga. Maka itu, kita harus bisa menciptakan peluang baru dalam menghadapi kesulitan ini,” kata Agus.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.