Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Mengusir Stres Bekerja di Luar Rumah Saat Corona Mewabah

Kompas.com - 04/04/2020, 07:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Daniel Lie dan Kiky DH Saraswati

TAHUN 2020 diawali dengan sebuah cobaan besar bagi umat manusia di seluruh dunia untuk berperang melawan pandemi virus corona (Covid-19).

Korban yang jatuh akibat virus ini terus bertambah setiap hari dan belum terlihat titik terang kapan penyebarannya akan terhenti sama sekali.

Pemerintah di semua negara, termasuk Indonesia, terus berusaha mencari solusi yang tepat untuk memperlambat penyebaran dan mengatasi berbagai akibat yang ditimbulkan oleh penyebaran virus yang mematikan ini.

Strategi yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah gerakan physical distancing (sebelumnya menggunakan istilah social distancing), di mana individu diwajibkan menjaga jarak dengan individu lain minimal sejauh dua meter.

Salah satu implementasi dari gerakan ini adalah dengan mengimbau karyawan untuk bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Istilah WFH sepertinya bukanlah istilah yang asing bagi sebagian besar generasi milenial karena banyak dari mereka yang telah mempraktikkan metode kerja seperti ini.

Seperti namanya, WFH adalah salah satu cara bekerja yang tidak mewajibkan seorang karyawan untuk datang ke tempat kerja.

Mereka bisa saja bekerja dari rumah, kemudian mengirimkan hasil kerja atau memberikan laporan kepada atasan maupun rekan kerjanya lewat e-mail atau media komunikasi lainnya.

Bila memerlukan rapat untuk mengoordinasikan tugas-tugas, mereka dapat melakukannya dengan berbagai aplikasi video conference.

Dalam kondisi seperti ini, WFH banyak diadaptasi oleh perusahaan untuk menjawab imbauan pemerintah dalam melakukan gerakan physical distancing.

Tujuannya tentu saja untuk membatasi kontak dengan orang lain, baik selama di perjalanan maupun di tempat kerja, yang pada akhirnya akan menekan penyebaran Covid-19.

Imbauan ini pun direspons oleh berbagai perusahaan di Jakarta dengan pelaksanaan program WFH oleh 679.000 karyawan (data per 26 Maret 2020) yang bekerja di berbagai sektor.

Walaupun demikian, masih banyak saja karyawan yang tetap harus bekerja di luar rumah karena fungsi pekerjaannya tidak memungkinkan untuk dilakukan dari rumah atau perusahaan tidak dapat menghentikan aktivitas kerjanya.

Contohnya adalah pramuniaga pasar swalayan, frontliner di bank seperti teller dan layanan pelanggan, pengantar barang di perusahaan ekspedisi, serta tenaga medis di klinik maupun rumah sakit.

Terlepas dari risiko secara fisik di mana mereka dapat saja tertular, bagaimana kondisi psikologis mereka?

Secara umum, tentu saja mereka merasa stres karena terus-menerus khawatir akan tertular, entah dari sesama penumpang di kendaraan umum, dari rekan kerja, ataupun dari pelanggan dan nasabah yang mereka temui sehari-hari.

Rasa khawatir tersebut tidak dapat mereka kurangi, bahkan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya angka orang dalam pengawasan (ODP) Covid-19, karena mereka harus tetap hadir di tempat kerja demi terlaksananya tugas dan tanggung jawab mereka sebagai karyawan.

Bahkan untuk pekerja harian atau daily worker, tidak bekerja sama artinya dengan tidak mendapatkan upah.

Lalu, apa yang dapat dilakukan oleh karyawan yang masih harus terus bekerja di luar rumah dan perusahaan yang masih harus terus beroperasi agar stres pada karyawan tersebut tidak memengaruhi kinerja dan produktivitas mereka?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com