"Inisiatif mandiri sejumlah komunitas dan kampung untuk melakukan lockdown lokal bukan tanpa dilema. Pembatasan keluar masuk orang bisa dimengerti sebagai upaya untuk menekan penyebaran Covid-19. Namun, pada saat yang sama membawa konsekuensi yang perlu diperhatikan," jelas Kompasianer Hendra Wardhana, seperti yang terjadi di Sleman. (Baca selengkapnya)
3. Di Jakarta Tak Dapat Uang, Mau Pulang Kampung Dilarang
Para perantau biasanya tinggal berkelompok di tempat rantauannya. Jikapun mereka berdagang, biasanya ada yang sesama penjual pecel lele, sesama penjual kopi instan berkeliling dengan sepeda.
Kegiatan mudik yang biasanya dilakukan perantau sebelum bulan puasa dan jelang lebaran kini telah diimbau untuk tidak lebih dulu mudik untuk alasan menekan angka sebaran virus corona.
Melawan virus yang menyebar ke semua daerah tentu jauh lebih sulit ketimbang bila virus itu bisa dilokalisir di suatu daerah saja, katakanlah di Jakarta dan kota-kota sekitarnya.
Ini kemduian menjadi polemik baru. Pasalnya, mereka yang tidak mudik akan tetapi kegiatan usaha di tempat rantau amat sulit. Relatif menurun.
"Dengan suasana keguyuban di kampung halaman, bila sekadar utuk makan, mungkin bisa mereka dapatkan. Apa yang tumbuh di kampung seperti singkong, jagung, sayuran, dan sebagainya, bisa diolah menjadi makanan," tulis Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang. (Baca selengkapnya)
4. Melihat Lebih Dekat Manajemen Krisis Virus Corona di Jerman (Bagian 1)
Kompasianer Naviz mengalami betul ungkapan-ungkapan "tiada negara yang 100 persen siap menghadapi meledaknya wabah virus Corona".
Sebab, ketika tengah berada di Jerman, ia sendiri paham meski di sana sudah cukup terkenal dengan sistem kesehatan terbaik di dunia, namun ketika dalam satu ruang dan waktu bersamaan banyak pasien yang harus dirawat di rumah sakit, maka cepat atau lambat pun akan mengalami kewalahan.
Akan tetapi, yang membuat berbeda adalah penanganan manajemen setiap negara dalam menghadapi masalah ini.
Pada 19 Maret, data aktual dari Gesundheitsministerien der Bundeslaender menyebutkan 12.041 warga Jerman terinfeksi, dengan 30 orang meninggal dan 71 sudah dinyatakan sembuh.
"Deteksi dini di sini memiliki peran sangat penting dalam memperlambat penyebaran virus Corona. Setiap orang di Jerman diwajibkan untuk memiliki asuransi kesehatan baik yang umum ataupun privat. Contohnya saya menggunakan Asuransi DAK, rata-rata tiap bulan diharuskan membayar sekitar 80 hingga 100 euro," tulis Kompasianer Naviz dari Jerman. (Baca selengkapnya)
5. Bob Hasan Wafat, Tongkat Estafet, dan PR di Asian Games
Selama lebih dari 40 tahun, Bob Hasan menjadi ketua umu Persatuan Atletik Seluruh Indonesia. Selama itu pula Bob Hasan banyak berkorban.
Pengusaha yang identik dengan kayu ini, tulis Kompasianer Kholil Rokhman, tak jarang merogoh koceknya sendiri untuk perkembangan atletik di Indonesia.
Wafatnya Bon Hasan di usia 89 tahun, tentu menjadi duka yang mendalam bagi dunia atletik Indonesia. Setelah duka ini datang, kemudian akan muncul pertanyaan siapa yang akan jadi pengganti Bob Hasan?
"Pemimpin yang baru diharapkan bisa menerima tongkat estafet dengan sangat baik. Mampu membawa dunia atletik lebih baik lagi," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.