Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Munculnya Virus Corona Membuat Kita Lebih Rajin Menabung, Apa Iya?

Kompas.com - 05/04/2020, 06:12 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Para ahli memandang, penyebaran virus corona yang begitu pesat di seluruh dunia dapat memicu hadirnya generasi yang sangat rajin menabung.

Kondisi ini pun berpotensi mengubah tatanan perekonomian. Pun pada perilaku masyarakat terkait konsumsi dan menabung.

"Krisis (akibat) virus corona dapat memunculkan generasi super penabung yang berhati-hati dalam mengambil risiko finansial," kata Morgan Housel, partner di perusahaan modal ventura Collaborative Fund dan penulis buku The Psychology of Money, seperti dikutip dari CNBC, Minggu (4/4/2020).

Baca juga: Mengenal Kakebo, Budaya Menabung Orang Jepang agar Jadi Kaya

Menurut Housel, ketika suatu pagi Anda tiba-tiba bangun dan menghadapi kenyataan bahwa dunia lebih rapuh dari yang sebelumnya Anda bayangkan, maka Anda akan memiliki keinginan yang lebih rendah untuk mengambil risiko tentang masa depan dibandingkan sebelumnya.

"Saya rasa ini akan berdampak pada (munculnya) generasi yang tidak terlalu tertarik mengambil risiko. Mereka juga tidak akan keberatan jika mereka meninggalkan kesempatan yang ada karena mereka semakin tertarik pada proteksi," ujar Housel.

Kekhawatiran tentang penyebaran virus corona yang terjadi secara berkepanjangan berdampak pada gejolak di pasar saham. Para analis di seluruh dunia pun meramal terjadinya resesi.

Housel berspekulasi, kecepatan terjadinya krisis pada perekonomian akan berdampak pada kemampuan orang-orang untuk berpikir tentang masa depan dengan cara optimistis.

"Bahkan jika krisis akan berakhir esok hari, apa yang telah kita lewati cukup parah untuk memberikan dampak pada satu generasi," terang Housel.

Baca juga: Milenial Tak Bisa Menabung? Cek Skema Pengeluaran Ini

Biasanya, gejolak ekonomi yang cukup dalam seringkali berdampak pada perilaku belanja masyarakat. Konsumen cenderung memilih untuk menyimpan uang mereka di tengah ketidakpastian.

Sebagai contoh, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Gallup, proporsi warga Amerika Serikat yang memilih untuk menabung ketimbang membelanjakan uang melesat secara signifikan setelah krisis keuangan tahun 2008.

Dalam jajak pendapat yang dilakukan tahun 2019, Gallup menemukan 60 persen orang dewasa di AS menyatakan lebih memilih untuk menabung ketimbang belanja. Padahal, krisis sudah berlalu 10 tahun lebih.

 

Penelitian teranyar di AS pun menyebut, virus corona sudah memengaruhi kebiasaan belanja.

Penelitian yang diterbitkan awal pekan ini oleh Bankrate menemukan, sebanyak 52 persen  orang Amerika telah memotong pengeluaran mereka sebagai respons terhadap pandemi.

Baca juga: Bergaji UMR, Ini Komposisi Ideal Tabungan dan Investasi untuk Anda

Mark Hamrick, analis ekonomi senior di Bankrate mengatakan, kondisi tersebut dapat berdampak buruk bagi perekonomian jika kaum muda nyatanya menjadi enggan mengambil riisko.

"Satu hal yang kami lihat dari krisis keuangan adalah orang-orang, terutama kaum muda, cenderung kurang berinvestasi di pasar saham dengan tabungan pensiun mereka, karena mereka pada dasarnya tidak mempercayai pasar," ungkap Hamrick.

"Banyak dari orang-orang itu, terutama generasi milenial, kehilangan kesempatan untuk mendanai pensiun mereka lebih awal pada saat mereka berada dalam posisi terbaik untuk menghadapi siklus pasar dan ekonomi yang tak terhindarkan," terangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com