Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Terbitkan Surat Utang Global Bertenor 50 Tahun, Untuk Apa?

Kompas.com - 07/04/2020, 20:26 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah baru saja menerbitkan surat berharga negara (SBN) dalam bentuk global bonds seri RI0470 dengan tenor selama 50 tahun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, penerbitan obligasi pemerintah senilai 1 miliar dollar AS tersebut memiliki imbal hasil atau yield 4,5 persen dan akan jatuh tempo pada 15 April 2070 mendatang.

Bendahara Negara itu pun menjelaskan, melalui global bond seri RI0470 tersebut, pemerintah untuk pertama kalinya menerbitkan surat utang pemerintah dengan tenor hingga 50 tahun.

Sebelum global bond seri RI04070 tersebut diterbitkan, tenor terlama pemerintah tiap kali menerbitkan surat utang adalah maksimal selama 30 tahun.

Baca juga: RI Raih Rp 68,8 Triliun dari Penerbitan Pandemic Bond Pertama

Lalu untuk apa pemerintah menerbitkan surat utang dengan tenor selama itu?

Sri Mulyani menjelaskan, penerbitan surat utang berdenominasi dollar AS tersebut dilakukan untuk menjaga sumber pembiayaan APBN pemerintah tetap aman.

Di sisi lain, nantinya dana yang didapatkan dari surat utang tersebut akan digunakan untuk menambah cadangan devisa negara di Bank Indonesia (BI).

"Pemanfaatan dari penerbitan ini yang tadi malam dieksekusi adalah sangat positif, di tengah turbulensi pasar keuangan global. Ini adalah penerbitan terbesar di dalam sejarah penerbitan US dollar bonds oleh pemerintah RI. Ini juga merupakan negara pertama di asia yang menerbitakn sovereign bonds sejak covid-19 terjadi," jelas Sri Mulyani ketika memberi keterangan melalui video conference, Selasa (7/4/2020).

Dengan tenor panjang, menurut Sri Mulyani, pemerintah ingin menunjukkan kepada investor mengenai kondisi ekonomi Indonesia secara fundamental yang terjaga. Selain itu, hal itu juga menunjukkan kepercayaan investor terhadap pengelolaan uang negara.

"Kita manfaatkan 50 tahun karena preferensi dari investor global terhadap tenor bonds jangka panjang cukup kuat sehingga bisa menekan yield yang dianggap baik, menunjukkan risiko dan appetite dari investor," jelas Sri Mulyani.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itupun menjelaskan, penerbitan global bonds dengan tenor jangka panjang ini bisa memberikan profil jatuh tempo yang lebih seimbang antara beban surat utang jangka pendek, menangah dan panjang. Dengan tenor baru, pemerintah ingin menciptakan acuan tenor baru bagi surat utang negara (SUN) yang diterbitkan Indonesia.

Sebab umumnya di pasar domestik, rata-rata investor lebih berminat terhadap surat utang pemerintah dengan periode jatuh tempo yang lebih pendek, yakni 5 tahun.

"Dengan tenor baru, kita ciptakan acuan tenor baru bagi surat utang negara Indonesia. Dan tentu kita juga menggunakan tenor 50 tahun dalam rangka capitalize kurva tenor jangka panjang yang cendeurng flat. Flat artinya dalam jangka panjang, perubahan dalam SBN yield tidak terlalu besar sehingga menyebabkan biayanya jadi tidak terlalu meningkat dengan jangka panjang lebih besar," ujar dia.

Selain seri RI0470, pemerintah juga menerbitkan global bond seri RI1030 senilai 1,65 miliar dollar AS dengan yield 3,9 persen dan tenor 10,5 tahun hingga 15 Oktober 2030 dan seri RI1050 dengan nominal yang diterbitkan 1,65 miliar dollar AS. Untuk seri RI1050, yield yang ditawarkan pemerintah sebesar 4,25 persen dan tenor 30,5 tahun yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2050.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com