Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan BI Belum Berencana Turunkan Suku Bunga Acuan Lagi

Kompas.com - 08/04/2020, 09:00 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS. com - Bank Indonesia (BI) belum berencana untuk menurunkan kembali suku bunga acuan meski inflasi hingga Maret 2020 terpantau stabil dan terkendali.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, alih-alih menurunkan suku bunga acuan lebih lanjut, pihaknya saat ini fokus dalam stabilisasi nilai tukar rupiah yang mulai menguat ke level Rp 16.200 per dollar AS.

Dia menuturkan, Bank Indonesia akan sangat hati-hati mengambil langkah saat pasar keuangan global masih diselimuti ketidakpastian yang tinggi meski BI memiliki cukup ruang untuk menurunkan suku bunga.

Baca juga: Kini, Nasib THR Menteri hingga Anggota DPR Ada di Tangan Jokowi

"Itu memang kalau dari sisi kebijakan masih ada ruang untuk penurunan suku bunga. Tapi apa saya gunakan? Di sinilah saya sampaikan, BI akan sangat hati-hati karena pertimbangan stabilitas nilai tukar," kata Perry dalam konferensi video, Selasa (7/4/2020).

Perry bilang, bank sentral tidak akan mengakomodasi kebijakan moneternya untuk sementara waktu. Sebab, BI telah menyalurkan injeksi likuiditas (quantitative easing/QE) hampir Rp 300 triliun di pasar keuangan untuk memitigasi dampak virus corona (Covid-19).

Injeksi likuiditas hampir Rp 300 triliun terdiri dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder sekitar Rp 166 triliun, penyediaan likuiditas perbankan melalui mekanisme term repurchase agreement (repo) Rp 56 triliun, menurunkan GWM Rp 35 triliun dan Rp 22 triliun, serta menurunkan GWM valas Rp 3,25 miliar dollar AS.

Baca juga: Ini Sanksi untuk Perusahaan yang Tidak Bayar THR Karyawan

kebijakan itu nantinya akan mengalir ke sektor riil hingga mampu menumbuhkan konsumsi masyarakat yang menjadi daya dukung pertumbuhan ekonomi, menumbuhkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan dunia usaha saat wabah masih berlanjut.

Agar mampu terserap di sektor riil, Bank Indonesia perlu kebijakan pendukung dari sisi fiskal. Kebijakan fiskal yang tepat sasaran akan mampu mengucurkan likuiditas ke masyarakat, setelah sebelumnya berada di sektor keuangan.

"Di sini kenapa stimulus fiskal dari pemerintah mendorong ekonomi riil, meningkatkan pendapatan masyarakat dari jaring pengamanan sosial. Dengan stimulus ini, ekonomi akan naik. Karena itu, prioritas sekarang stabilitas ekstenal ini meskipun kami punya ruang untuk penurunan subung," kata Perry.

Baca juga: Bos Hipmi Pinjamkan Hotel untuk Tempat Karantina Pasien Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com