"Dari situ kita lihat, kalau terjadi pembatasan dalam durasi 3 bulan ke depan, bagaimana nasibnya rakyat? Bagaimana orang yang enggak bisa bekerja? Bagaimana kemudian bantuan tidak hanya ke penerima bansos, tapi ke pekerja," ujar Perry.
Baca juga: BI Masih Yakin Defisit Transaksi Berjalan 2020 Hanya 2,5 - 3 Persen
Untuk menstimulus ekonomi di tengah wabah, Perry bersama Sri Mulyani dan lembaga keuangan lainnya menghitung kebutuhan dana nasional yang bisa diberikan pemerintah kepada rakyat sebagai stimulus.
Usai dijumlah, defisit fiskal membengkak jadi 5,07 persen.
Untuk menutupi defisit, pihaknya bersama pemerintah kembali putar otak untuk memaksimalkan dana dari dana abadi (endowment fund), Sisa Lebih Anggaran (SAL), BLU, dan pinjaman dari lembaga keuangan internasional.
"Tapi kurang. Kemudian berapa butuhnya kalau untuk mengeluarkan Surat Utang Negara (SUN) atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)? Berapa global bond dan domestic bond lagi yang bisa? Nah ini kami buat skenario," jelas Perry.
Baca juga: Jaga Stabilitas Rupiah, BI Ajak Eksportir Tukarkan Dollar AS
Bila pasar tidak mampu menyerap, nantinya BI diberikan kewenangan untuk membeli SUN maupun SBSN di pasar perdana (pasar primer) sebagai the last resort.
Hal itu diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ( Perppu) No 1 tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.