Di sisi lain, menguatnya rupiah disebabkan oleh membaiknya risiko di pasar keuangan meski masih fluktuatif. Selain itu, investor dinilai menunjukkan konfiden kepada Indonesia karena langkah-langkah kebijakan yang ditempuh dari sisi kesehatan dan stimulus fiskal sudah tepat.
Kondisi risiko global berangsur membaik terlihat dari indikator volatilitas pasar keuangan (Volatility Index/VIX). VIX merupakan indikator ketakutan pasar (fear index) yang mengukur ekspektasi volatilitas dari pasar.
Perry penyebut, indeks VIX sempat berada di level 18,8 sebelum akhirnya pada minggu ke-2 hingga ke-3 maret meninggi di level 82 akibat wabah virus corona. Namun belakangan, indeks VIX kembali menurun didorong oleh kebijakan di berbagai negara.
Baca juga: Pandemi Corona, 72.000 Hand Sanitizer Ludes Terjual dalam 42 Menit
"Kemudian dengan langkah kebijakan baik dari The Fed maupun stimulus di AS dan berbagai negara, itu VIX berangsur menurun," jelas Perry.
Adapun saat ini, pasar telah melihat tingkat kenaikan kasus positif virus corona di berbagai negara menurun. Di Indonesia, pemerintah telah menerapkan sejumlah langkah untuk memitigasi penularan yang semakin meluas, salah satunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Berbagai kondisi ini membawa konfiden pasar semakin baik sehingga kami melihat pergerakan nilai tukar lebih banyak dari mekanisme pasar. Kami yakin nilai tukar rupiah menguat ke arah Rp 15.000 di akhir tahun dan karenanya terus kita akan pantau," pungkas Perry.
Baca juga: Sempat Memecat, Maskapai Ini Rekrut Kembali 16.500 Karyawan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.