Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balada Pemangkas Rambut Asgar di Tengah Pandemi Corona...

Kompas.com - 13/04/2020, 11:09 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

Nestapa karena corona

Lantas, bagaimana kabarnya mereka saat ini? Yang pasti kabar kurang menyenangkan dari para pemangkas rambut Asgar tersebut. Pasalnya, nasib mereka ikut terpangkas secara ekonomi. Kondisi yang tidak pernah dialami sebelumnya.

Mereka tengah gundah-gulana dan nestapa seperti jutaan pengendara ojek online (ojol) dan pencari nafkah harian lainnya, akibat ganasnya penyebaran virus corona yang telah menjadi pandemi global.

Usaha pangkas rambut terpaksa tutup karena pelanggan takut tertular Covid-19 yang belum ditemukan vaksinnya. Maklum, saat mencukur rambut sudah barang tentu terjadi kontak fisik yang dikhawatirkan menjadi media penularan virus corona.

"Tukang cukur atawa saya sebut dengan istilah seniman rambut khususnya dari Asgar yang berjumlah kurang lebih 15.000 orang tersebar ke berbagai wilayah seluruh Indonesia, terutama yang paling banyak penyebarannya berada di wilayah Jabodetabek, Banten, Cikarang, Bandung, terus sampai ke wilayah Jawa Tengah, dan lainnya," kata Ketua PPRG Irawan Hidayah saat membuka obrolan dengan Kontan, Minggu (13/4/202).

Baca juga: Ridwan Kamil Pamer KA Masuk Stasiun Garut, Jonan Beri Tiga Jempol

Dari jumlah itu sekitar 10.000 orang yang masih aktif dan terdata. Menurut Irawan, data tersebut berdasarkan hitungan kasar para seniman rambut yang tersebar di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Garut dan yang sudah berpindah ke luar Garut karena menikah dengan warga di daerah lain.

"Data fix belum kami spesifikan namun yang pasti aktif dan terdata kurang lebih 10.000 orang," terang dia.

Adapun pemangkas rambut yang sudah terdaftar resmi di PPRG sebanyak 5.000 orang dan jumlahnya bisa terus bertambah.

Berapa rata-rata penghasilan pemangkas rambut Asgar? Irawan menjelaskan, satu gerai terdiri minimal dua orang dengan pendapatan yang berbeda-beda sesuai tingkatan kelas tempat kerja masing-masing.

Ada yang tingkatan pangkas dengan penghasilan minimal Rp 200.000 per hari. Untuk gerai tingkatan semi barber bisa meraup penghasilan Rp 300.000 sehari.

"Ada yang tingkatan barbershop dengan penghasilan Rp 500.000 per hari," beber pemilik Barbershop Fix Up yang terletak di Jalan Wolter Monginsidi No. 74 Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Baca juga: 5 Upaya Jokowi Selamatkan Nasib Karyawan Selama Wabah Virus Corona

Di tempat inilah, Wapres KH Maruf Amin, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Kopersai di UKM Teten Masduki, dan sejumlah penjabat penting negara lainnya langgaran merapihkan rambut mereka melalu tangan Irawan.

Soal tempat usaha, Irawan bilang, ada yang sewa dan ada juga pola kerjasama dengan pihak lain atau join partner.

"Kalau yang sewa [tarifnya] tergantung lokasi dan besaran luas toko yang disewa. Untuk pegawai ada yang menggunakan sistem bagi hasil 50-50, ada juga yang sistem 60-40, tergantung aturan kebijakan tempat kerja masing-masing," ungkapnya.

Semenara untuk nilai tarif masing tempat berbeda-beda sesuai kelas tingkatannya.

"Untuk pangkas minimal Rp 15.000, semi barber minimal Rp 25.000, dan barbershop minimal Rp 60.000 ke atas," ucap Irawan.

Sejatinya, usaha cukur rambut ini cukup menjanjikan karena pasarnya pasti. Tidak heran usaha potong rambut menjamur di mana-mana. Tetapi, sekarang berbalik 360 derajat setelah corona mewabah.

"Dengan tingkat penghasilan minimal per hari Rp 200.000, sekarang adanya dampak wabah corona sangat berpengaruh sekali kepada usaha kami yang menurun drastis hampir 100 persen, karena kami tidak bisa bekerja di semua tempat wilayah kerja. Tempat kerja semua tutup dan terpaksa kami mudik ke kampung halaman untuk bertahan hidup bersama keluarga di Garut," tuturnya.

Selain alasan tempat kerja tutup sementara, para tukang pangkas rambut Asgar tidak bisa lama-lama bertahan di kota lantaran tidak ada penghasilan apapun. Irawan mengklaim, dari 5.000 anggota PPRG, sebanyak 2.500 orang diantaranya sudah mudik lebih awal.

"Dari semua ini terpaksa pulang ke Garut. Kami terpaksa bertahan hidup dengan segala cara. Ada yang berjualan bubur, bertani dan lainnya. Kalau tidak bisa usaha, ya terpaksa hidup seadanya dengan semampunya walau tidak ada harpaan ke depan," sebut dia.

Baca juga: Rumahkan Karyawan, Matahari Jamin Tak Lakukan PHK dan Tetap Bayar Gaji

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com