Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balada Pemangkas Rambut Asgar di Tengah Pandemi Corona...

Kompas.com - 13/04/2020, 11:09 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

Sebagai Kepala Perumahan Seniman Rambut Garut, Irawan mengungkapkan, dirinya tengah mengupayakan pengajuan penangguhan cicilan rumah ke Bank BTN melalui Kementerian PUPR.

"Alhamdulillah, sekarang sedang diproses. Saya kebetulan inisiator sekaligus ketua Perumahan Seniman Rambut PPRG, yang peletakan batu pertamanya oleh Bapak Presiden Jokowi," ungkapnya.

Untuk diketahui, PPRG bersama Kementerian PUPR menginisiasi pengadaan rumah subdisi untuk para pemangkas rambut Asgar. Jumlah hunian baru mencapai 150 unit yang sudah terhuni untuk tahap pertama dan sedang menuju tahap kedua sebanyak 150 unit lagi dalam proses pembangunan.

Baca juga: Gratis Rapid Test Covid-19 dari Halodoc dan Gojek, Ini Caranya

Adapun nilai cicilan per bulan untuk jangka waktu 10 tahun adalah sebesar Rp 1.300.000. Untuk jangka waktu 15 tahun sebesar Rp 1 juta, dan untuk cicilan tenor 20 tahun sebesar Rp 800.000 per bulan.

"Kami kepada pemerintah sangat berharap mendapat bantuan untuk anggota kami sebagai pekerja informal yang tidak bisa bekerja dan tidak punya penghasilan. Kami siap memfasilitasi bantuan dari pemerintah yang ditujukan kepada anggota kami," ujar Irawan.

Dani Permana, salah satu pemangkas rambut Asgar merasakan bagaimana beratnya menjalani hidup saat ini.

"Pemasukan enggak ada. Sekarang minim di kampung mah. Sebelum corona, penghasilan rata-rata bisa Rp 200.000 sehari," sebut Dani yang sudah memangkas rambut sejak tahun 1990 itu.

Sejak dua tahun lalu, Dani merintis usaha sendiri dengan membuka gerai di Tangerang Kota. Sebetulnya, Dani mengaku kurang sreg kalau hanya mendapat bantuan cuma-cuma dari pemerintah.

"Harapannya, ya, ada solusi untuk penghasilan. Mungkin ada program karya untuk para pengagggur baru. Kalo batosan asa kirang sreg kitu," ucapnya.

Hal senada diutarakan Heri Ramdani yang terpaksa mudik karena tempat usahanya di Jalan Raya Pahlawan, Cibinong, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, tidak beroperasi sementara.

"Pendapat harian sebelum corona bisa sampai Rp 200 ribuan. Sekarang, enggak sesuai dengan harapan tadinya bisa cukur 20 kepala sekarang nol, artinya engak ada," keluh bapak dua anak ini.

Beban Heri semakin berat karena selain harus menafkahi anak dan istri juga harus membayar cicilan ke bank. Pada dasarnya, ia tidak begitu ambil pusing dengan rencana pemerintah menyalurkan bantuan sosial kepada warga terdampak corona.

Baca juga: Sudah Resmi Dibuka, Ini Cara Mudah Daftar Kartu Prakerja

Bagi Heri, yang penting adalah bagaimana bisa mendapatkan kelonggaran kredit ke bank, karena saat ini sama sekali tidak memiliki pemasukan akibat usahanya tutup.

"Harapan kami sebagai seniman cukur rambut enggak bermuluk-muluk, yang penting kami bisa nggasih anak istri kami dan beban kreditan kalau bisa ditangguhkan untuk enam atau 12 bulan dengan syarat enggak usah bayar dendanya. Kami enggak mikirin bantuan dari pemerintah tapi gimana biar kami bisa ngasih anak istri kami dengan tidak ada beban kreditan," paparnya.

Menurut Heri, mungkin bagi para seniman rambut semuanya menghadapi kondisi yang sama seperti para pekerja harian lainnya.

"Jika kami tidak mendapatkan uang hari ini, kami harus berfikir untuk esok hari. Kebutuhan rumah tangga dan tanggungan kami adalah hal wajib terpenuhi. Tapi dengan keadaan seperti ini, kami pun kesulitan untuk menutupi semua kebutuhan yang sudah menjadi kewajiban kami. Harapannya, selain dari keadaan ini segera cepat-cepat membaik, kami pun ingin pemerintah bisa memerhatikan nasib kami para pekerja harian," kata dia. (Dadan M. Ramdan)

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Balada nestapa seniman rambut Garut yang terpangkas ganasnya Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com