Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Hadapi Musim Kemarau, Kementan Siapkan Pompanisasi dan Pipanisasi

Kompas.com - 13/04/2020, 13:01 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan langkah antisipatif untuk menjaga produksi padi nasional pada musim kemarau yang puncaknya pada Agustus dan September 2020 nanti.

Selain mendorong penggunaan bibit padi yang cocok untuk lahan kering, Kementan juga menyiapkan pompanisasi dan pipanisasi di sejumlah daerah yang rawan kekeringan.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, strategi ini terbukti berdampak besar pada peningkatan produksi pangan.

"Contoh paling nyata dukungan Kementan untuk petani saat ini adalah pembangunan sumur bor dan mesin pompa air untuk petani, sebagai strategi pompanisasi dan pipanisasi,” ujarnya seperti keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (13/4/2020).

Dia menilai, pembangunan ini berdampak langsung pada peningkatan produksi, dari tanam satu kali menjadi tiga kali tanam setahun meskipun di tengah ancaman kekeringan.

Baca juga: Kementan Upayakan Pemanfaatan Alsintan Melalui UPJA dan KUB

Menurutnya, strategi pompanisasi dan pipanisasi yang diterapkan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) sebagai langkah mitigasi kekeringan sudah efektif.

Dengan begitu, ungkap menteri yang akrab disapa SYL ini, petani tetap bisa bercocok tanam meskipun terancam kekeringan.

"Pompanisasi dan pipanisasi, menurut saya adalah program yang sangat efektif karena bisa menanam dengan hasil tiga kali lipat. Sistem ini juga sangat efisien menghemat anggaran negara," katanya.

Infrastruktur untuk daerah terdampak

Sementara itu, Direktur Jenderal PSP Kementan Sarwo Edhy mengatakan, pihaknya siap membantu menyediakan infrastruktur yang diperlukan bagi daerah-daerah terdampak kekeringan dengan menyediakan paket bantuan kepada petani.

Baca juga: Kementan Apresiasi Lampung Selatan yang Segera Miliki Perda LP2B

"Pertama adalah pompanisasi dan pipanisasi. Bantuan tersebut digunakan untuk menarik air dari sumber-sumber yang ada, baik dari sungai maupun mata air," ujarnya.

Dia juga menyebut, petani serta Dinas Pertanian setempat harus bersinergi mengantisipasi kekeringan ini.

Salah satu upayanya adalah pengawalan gilir giring irigasi, penanganan illegal pumping, dan sosialisasi dalam mematuhi jadwal tanam.

Sarwo mencontohkan, sejumlah daerah yang telah mengikuti program pipanisasi untuk menarik air dari sungai, di antaranya Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal pada musim kemarau lalu.

Intinya, lanjut Sarwo, bila daerah-daerah yang terancam kekeringan memiliki sumber air maka akan dibantu dengan pompa dan pipa.

Baca juga: Berpotensi Jadi Nomor Satu Dunia, Kementan Genjot Ekspor Arang Kelapa

"Ini bisa menyelamatkan lahan sawah yang terancam gagal panen. Bila ada daerah lain juga membutuhkan, silakan ajukan permintaannya," ungkapnya.

Kedua, lanjut Sarwo, Kementan juga bisa menyediakan pembangunan embung atau long storage.

Dia menerangkan, program ini untuk kelompok tani guna menampung air di musim hujan (bank air) kemudian dialirkan ke sawah bila dibutuhkan.

Ketiga, imbuhnya, membangun sumur dangkal (sumur bor) di lahan-lahan yang mengalami kekeringan.

Baca juga: Di Tengah Pandemi Covid-19 dan Jelang Ramadan, Kementan Pastikan Persediaan Bawang Merah Aman

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com