JAKARTA, KOMPAS.com - Staf Khusus Jokowi bidang Bidang Ekonomi dan Keuangan, Andi Taufan Garuda Putra, mendapatkan teguran keras dari Istana terkait surat berkop Sekretariat Kabinet (Setkab) yang dikirimkan ke camat seluruh Indonesia.
Taufan meminta bantuan para camat agar bisa membantu perusahaannya, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha), dalam edukasi lapangan ke masyarakat desa dan pendataan kebutuhan alat pelindung diri (APD) Puskesmas.
Relawan Desa Lawan Covid-19 sendiri merupakan program yang diinisiasi oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT).
Dikutip dari laman resmi Amartha, Selasa (15/4/2020), Taufan yang dilantik sebagai Stafsus Jokowi pada November 2019 lalu tercatat masih menjabat sebagai CEO sekaligus founder dari Amartha.
Baca juga: Menteri Desa Minta Konfirmasi ke Andi Taufan Garuda terkait Surat ke Camat
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2010 sebagai fintech pendanaan yang menghubungkan pemodal, dengan pelaku usaha mikro secara online (peer-to-peer lending).
Total pendanaan yang sudah disalurkan Amartha hingga saat ini tercatat sebesar Rp 2,37 triliun. Skema kreditnya yakni, pinjaman disalurkan kepada 15-20 orang dengan domisili yang berdekatan dan membentuk kelompok usaha.
Pengajuan pendanaan didasari rencana usaha serta profil calon penerima pinjaman dan dievaluasi berdasarkan sistem skor kredit. Pengajuan pendanaan akan ditampilkan dalam marketplace setelah disetujui dan akad difasilitasi Amartha setelah terdanai.
Selama masa peminjaman, penerima pinjaman diwajibkan mengikuti pertemuan kelompok mingguan yang difasilitasi Amartha dengan materi seputar antara lain pengelolaan keuangan, kedisiplinan, serta cara-cara memajukan usaha.
Baca juga: Stafsus Jokowi dan Pendiri Startup Pinjol, Siapa Andi Taufan Garuda?
Sasaran utama Amartha yakni para pelaku usaha mikro di pedesaan yang belum bisa mengakses kredit perbankan. Amartha mempunyai misi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan.
Amartha ingin menghubungkan pelaku usaha di pedesaan yang kesulitan mendapat modal usaha. Co-Founder Amartha, Aria Widyanto menceritakan proses awal mula perusahaan itu berdiri.
Saat itu banyak pengusaha mikro sulit mendapatkan modal usaha karena memiliki keterbatasan jaminan, pendapatan fluktuatif, dan tidak adanya sejarah kredit.
Namun Amartha optimis dengan teknologi yang tepat serta menghidupkan semangat komunitas, mereka dapat menjadi peminjam yang berkualitas.
Amartha percaya dengan memudahkan akses permodalan untuk usaha mikro dan kecil akan berkontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, membangun ketahanan ekonomi, dan mewujudkan keadilan sosial untuk seluruh rakyat Indonesia.
Akhirnya, Taufan selaku pendiri Amartha melakukan riset untuk mengetahui cara meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Berdasarkan hasil risetnya, cara untuk mensejahterakan masyarakat, yakni dengan membuka akses keuangan dan melatih masyarakat dalam berbisnis. Pria yang sempat menjadi konsultan keuangan itu mendirikan Amartha.
"Dua hal ini yang menjadi core aktivity Amartha. Bahkan saat kita sudah menjadi fintech peer to peer lending, kita melakukan hal yang sama," ujar Aria saat menjelaskan latar belakang berdirinya Amartha kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (17/12/2018).
Baca juga: Raih Pendanaan Seri B, Amartha Geber Ekspansi ke Seluruh RI
Aria menambahkan, Amartha didirikan menggunakan modal pribadi. Merintis bisnis ini, kata Aria, tak semudah membalikan telapak tangan. Sejumlah kesulitan kerap dihadapi pada saat Amartha berdiri. Namun, karena passion para pendirinya di bidang sosial yang tinggi Amartha hingga kini masih berdiri.
Penyertaan modal yang diberikan Amartha hanya dikhususkan bagi kaum perempuan. Sebab, kata Aria, perempuan merupakan tonggak untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.
"Kalau seorang perempuan lebih sejahtera, itu kesejahteraanya akan terdistribusi secara merata ke seluruh keluarga. Itu kenapa dari awal fokusnya ke perempuan. Bagaimana agar gapnya berkurang antara perempuan dan laki-laki," kata Aria.
Atas dasar itu, Amartha mensosialisasikan inklusi keuangan ke wanita-wanita pedesaan. Hingga kini Amartha telah memiliki mitra sebanyak 170.000. Total pinjaman yang dikeluarkan mencapai Rp 715 miliar.
Baca juga: Istana: Stafsus Presiden Andi Taufan Sudah Diberi Teguran Keras
Sejak 2016, Amarta berubah dari lembaga keuangan mikro menjadi perusahaan layanan keuangan berbasis teknologi peer to peer lending.
Besaran pinjaman yang diberikan Amartha kini antara Rp 3 juta sampai Rp 15 juta. Kemudian tenor yang diberikan adalah 6 bulan dan maksimal satu tahun.
Manajemen risiko yang diterapkan Amartha juga unik, yaitu dengan menerapkan group lending system (pinjaman kelompok) yang memiliki mekanisme tanggung renteng, dimana setiap peminjam akan dikelompokkan ke dalam satu kumpulan yang disebut Majelis.
Kelompok ini terdiri dari 15 - 25 orang peminjam yang tinggal berdekatan. Dengan sistem ini, setiap anggota bertanggung jawab untuk melakukan tanggung renteng atau menanggung risiko secara kelompok, apabila salah satu anggota mengalami kredit macet.
(Sumber: KOMPAS.com/Akhdi Martin Pratama | Editor: Bambang P. Jatmiko)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.