Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Eksistensi Jamu Gendong di Tengah Pandemi Corona

Kompas.com - 15/04/2020, 20:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Untuk mendukung program tersebut perlu sentuhan dari berbagai pihak untuk mendampingi kelompok UJG supaya mampu menyediakan jamu berkasiat, berkualitas dan higienis.

Tidak mengeluh di tengah wabah corona

Seiring perjalanan jamu gendong, pandemi virus corona atau Civid-19 meluluhkan aktivitas sosial, budaya, keagamaan dan ekonomi masyarakat Indonesia.

Social distancing dan physical distancing mengharuskan karyawan bekerja dari rumah (work from home). Sekolah dan perguruan tinggi berubah menjadi sistem online.

Kawasan kos-kosan tampak lenggang karena mahasiswa pulang ke daerah masing-masing sambil menunggu informasi dari pihak kampus. Masalah terjadi di tingkat grassroots.

Roda ekonomi menjadi timpang, usaha harian seperti warteg, ayam penyet, pecel lele dan sejenisnya memutuskan tidak berdagang untuk sementara waktu. Jikapun berdagang mereka mengalami kerugian lantaran sepi pembeli.

Namun, ada yang bertahan di tengah wabah virus corona. Eksistensi Mbak Jamu berbeda dengan cerita warteg, ayam penyet, pecel lele atau sejenisnya.

Dengan adanya berita temu lawak atau empon-empon dapat digunakan untuk menjaga stamina menghadapi corona, pedagang seperti Mbak Sum justru ditunggu pembeli.

Jamu biasanya disajikan dalam gelas kecil sekarang dikemas menggunakan botol plastik yang dipesan melalui supplayer kemasan. Per botol jamu temu lawak, beras kencur atau kunyit asam dihargai Rp 15.000.

Melalui media sosial WhatsApp, pesanan dipersiapkan oleh Mbak Sum serta tidak lupa memberikan tip untuk perantara jamunya. Solidaritas sosial terjalin dalam kemelut corona ini.

Di samping pesanan, Mbak Sum melayani pembeli setianya dengan harga Rp 4.000 per gelas secara door to door.

Sebagian pelanggan menyediakan gelas minum sendiri supaya lebih terjaga kebersihannya.

Tentu saja dengan tetap memperhatikan jaga jarak fisik serta kondisi pelanggannya. Kondisi fisik dan kesehatan pedagang harus dijaga dengan baik.

Masker digunakan untuk melindungi diri dan memastikan higienitas jamu yang disajikan kepada pelanggan. Rajin cuci tangan menggunakan sabun serta tidak lupa sesering mungkin mengganti air dalam ember plastiknya.

Yang penting semua waras dan bregas meskipun harga temu lawak hampir mencapai Rp 100.000 per kg belum lagi harga empon-empon lainnya.

Di tengah wabah ini, sampai minggu terakhir bulan Maret masih mampu mempertahankan ekonomi keluarga sembari menyediakan minuman sehat bagi pelanggan setianya.

Meskipun demikian, tetap harus diingatkan supaya mengutamakan social distancing dan physical distancing dengan cara melayani pesanan.

Inovasi dilakukan meskipun sebatas kemasan dan penggunaan media sosial WhatsApp. Dengan mengubah kemasan, pedagang mampu menarik pembeli baru dari kalangan masyarakat berbeda.

Pedagang mampu mempertahankan kepercayaan pelanggan dengan menjaga keaslian bahan baku atau empon-empon, rasa/khasiat serta kebersihan dalam pengolahan jamu.

Di samping keramahan, higienitas pribadi seperti kebersihan tangan, kuku, badan, mulut serta penampilan perlu diperhatikan oleh pedagang.

Gambaran tadi sebagai salah satu contoh aktivitas pedagang jamu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com