Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Antisipasi Kemarau di Tengah Pandemi Covid-19, Kementan Bangun Infrastruktur Air

Kompas.com - 19/04/2020, 09:13 WIB
Maria Arimbi Haryas Prabawanti,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) akan mengantisipasi musim kemarau di tengah pandemi Covid-19 melalui pembangunan infrastruktur air.

“Kita akan memanfaatkan infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage saat kemarau datang," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Kementan, Sarwo Edhy menegaskan insfrastruktur air ini nantinya akan sangat berguna bagi pertanian. 

“Bangunan air seperti embung, air sungai dan dam parit akan bermanfaat meskipun debit air kecil masih bisa teralirkan ke sawah-sawah petani,” kata Edhy.

Baca juga: Tugas Kementan Itu Memastikan Pangan Tersedia...

Edhy menjelaskan pengelolaan air lahan kering maupun tadah hujan dengan embung, dam parit dibangun dengan membendung sungai kecil atau parit alami.

Selanjutnya, agar bisa lebih besar maka pembangunan dam dan parit bisa dilakukan secara bertingkat dari hulu ke hilir dalam satu aliran daerah aliran sungai (DAS) mikro.

"Model ini sangat ideal untuk dikombinasikan dengan pengelolaan air dan sedimen di waduk atau embung besar," jelas Sarwo Edhy, seperti dalam keteangan tertulisnya yang Kompas.com terima.

Contoh yang sudah menerapkan pembangunan dam, yakni Kelompok Tani (Poktan) Mappabengngae III .

Baca juga: Di Tengah Virus Corona, Kementan Pangkas Anggaran Rp 3,6 Triliun

Poktan yang berada di Kelurahan Tiroang dan Kecamatan Tiroang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini memiliki dam parit dengan luas layanannya hingga 75 hektar

Kemudian Poktan Maju Karya di Desa Tundagan, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang yang telah membangun dam parit dengan luas layanan 32 hektar.

Contoh lainnya yakni pembangunan embung di Desa Pangadegan, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap.

Embung yang dibuat Perwakilan Petani Pemakai Air (P3A) Usaha Tani Makmur dibangun dengan dimensi 18×13×2,5 meter kubik mampu melayani areal sawah seluas 31 hektar.

Baca juga: Menteri Pertanian: Ketahanan Pangan Jelang Tahun Baru 2020 Aman

"Dari pembangunan embung dan dam parit ini peningkatan Indeks Pertanaman (IP) yang diharapkan semula 200 menjadi 300," harap Sarwo Edhy.

Sementara itu, meski memiliki manfaat serupa, salurah irigasi dari sungai memiliki perbedaan fungsi dengan dam parit dan embung.

Sungai yang memiliki debit minimal 5 liter per detik dan dapat mengaliri usaha tani seluas minimal 25 hektar

Dengan demikian, Edhy menjelaskan, dengan pembangunan saluran sungai, embung dan parit petani bisa menambah produktiftas pertanaman dalam setahun, dari satu kali menjadi dua kali.

Baca juga: Banyak Daerah Kekeringan, Mentan Sebut Ketahanan Pangan RI Kuat

Sarwo Edhy juga memperingatkan agar pemeliharaan saluran air sungai dan bangunan air tersebut harus dirawa. Ini agar debit air tidak kecil saat kemarau dan saat musim hujan tidak meluap.

"Sebaiknya perawatan, pemeliharaan dan konservasi harus dilakukan dari hulu ke hilir," tuturnya.

Perawatan itu dapat dilakukan dengan pengerukan sedimen sungai yang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum musim penghujan datang.

Selain itu juga melakukan perawatan rutin, seperti membersihkan sampah yang menghalangi aliran air.

Baca juga: Banyak Daerah Kekeringan, Mentan Sebut Ketahanan Pangan RI Kuat

"Semuanya bisa dilakukan dengan komitmen bersama di desa setempat,” kata Edhy.

Tetap waspada meski tidak terjadi kekeringan

Disisi lain Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan tidak akan terjadi kemarau ekstrim akibat fenomena memanasnya suhu muka laut (el nino).

Meski begitu, Mentan SYL menghimbau agar semua pihak tetap mewaspadai datangnya musim kemarau.

Baca juga: Kementan: Petani Juga Pejuang untuk Melawan Covid-19

SYL mengatakan mungkin tetap ada masalah lain, yakni kemungkinan peningkatan beberapa jenis Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang terjadi di musim kemarau

“Terutama pada Agustus yang diprediksi menjadi puncak musim kemarau tahun ini," kata Mentan SYL.

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG dalam Forum iklim mengatakan,  Food and Agriculture Organization (FAO) menjelaskan potensi kelangkaan pangan bukanlah karena faktor kekeringan (iklim), tetapi lebih ke food supply chain yang terganggu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com