Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Beri Bantuan untuk Kelas Menengah Rentan Miskin

Kompas.com - 21/04/2020, 14:01 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Keuangan M Chatib Basri menilai pemerintah perlu memperluas jangkauan pemberian bantuan sosial di tengah pagebluk virus corona kepada kelompok kelas menengah yang rentan miskin.

Pasalnya, pemerintah harus bisa mengompensasi sumber pendapatan masyarakat yang hilang lantaran aktivitas yang dibatasi di rumah untuk mencegah penyebaran virus.

Hal tersebut berbeda dengan kondisi krisis di masa-masa yang lalu ketika dukungan yang diberikan pemerintah yang berlaku untuk masyarakat miskin.

Baca juga: Pemerintah Minta BLT Dana Desa Dibagikan secara Nontunai

"Biasnaya bantuan ke penduduk miskin, mereka yang kena harus dibantu. Ini berbeda, orang itu harus tinggal di rumah karena PSBB, WFH, maka dia harus dibayar untuk tinggal di rumah," ujar Chatib dalam video conference, Selasa (21/4/2020).

"Karena itu perlindungan sosial harus diperluas. Untuk perlindungan sosial yang sifatnya tradisional kan support ke masyarakat miksin saja. Sekarang harus kompensasi ke yang di rumah aja. Ini yang bedaan situasi sekarang dengan beberapa krisis sebelumnya," jelas dia.

Chatib pun mengilustrasikan kasus Indonesia dihadapkan pada ancaman krisis di tahun 2013 lalu.

Kala itu, dirinya yang menjabat sebagai Menteri Keuangan menggelontorkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang sasarannya adalah masyarakat miskin.

Baca juga: PKS Usulkan Dana Pelatihan di Kartu Prakerja Diubah Menjadi BLT

Hal itu berbeda dengan kondisi saat ini, yaitu masyarakat kelas menengah yang sebulan lalu masih bisa mendapatkan penghasilan banyak yang sudah dirumahkan.

"Sekarang orang stay at home, kalau enggak dikasih uang, mereka harus keluar untuk kerja. Akibatnya PSBB tidak efektif. Contoh kasus di AS mereka kehilangan pendapatan, mereka nggak cukup kebutuhan, maka demonstrasi keluar. Harus ada perlindungan sosial lebih dari sekarang," ujar dia.

Berdasarkan data Bank Dunia, saat ini terdapat 115 juta orang di Indonesia yang masuk dalam kategori kelas menengah rentan miskin (aspiring middle class).

Hanya saja, pemerintah memang belum memiliki data perorangan mengenai masyarakat golongan tersebut yang layak untuk diberi BLT.

Chatib menilai, pemerintah bisa menggunakan program Kartu Prakerja untuk pendataan masyarakat kelas menengah rentan untuk penyaluran dukungan sosial tersebut.

"Orang kalau misalnya melihat bahwa pelatihan nggak penting, dia berhenti di tengah. Kalau orang yang ngga selesaikan pelatihan mungkin punya kerjaan lain, tapi kalau butuh kan mau nggak mau harus diselesaikan. Dari situ seleksi kelas menengah batah butuh buat diidentifikasi. Kemudian pelatihannya bisa diminimalkan untuk diganti dengan BLT," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Jakarta, Medan, dan Makassar  Masuk Daftar Smart City Index 2024

Jakarta, Medan, dan Makassar Masuk Daftar Smart City Index 2024

Whats New
Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Pentingnya Transparansi Data Layanan RS untuk Menekan Klaim Asuransi Kesehatan

Whats New
Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Apakah di Pegadaian Bisa Pinjam Uang Tanpa Jaminan? Ini Jawabannya

Earn Smart
Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Bea Cukai Kudus Berhasil Gagalkan Peredaran Rokol Ilegal Senilai Rp 336 Juta

Whats New
Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Ditanya Bakal Jadi Menteri Lagi, Zulhas: Terserah Presiden

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Ekonom: Kenaikan BI Rate Tak Langsung Kerek Suku Bunga Kredit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com