Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Imbas Virus Corona, Pertumbuhan Ekonomi Korsel Minus 1,4 Persen

Kompas.com - 23/04/2020, 14:04 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Reuters

SEOUL, KOMPAS.com - Pagebluk virus corona atau Covid-19 membuat perekonomian Korea Selatan (Korsel) mengalami kontraksi terbesar sejak tahun 2008 pada kuartal I 2020.

Penyebabnya adalah kebijakan isolasi diri memukul konsumsi dan merosotnya perdagangan dunia.

Dilansir dari Reuters, Kamis (23/4/2020), pertumbuhan ekonomi Korsel terkontraksi atau minus 1,4 persen pada kuartal I 2020. Ini berdasarkan data awal yang dirilis bank sentral Korsel.

Baca juga: Pertama Kali Sejak 1976, Pertumbuhan Ekonomi China Minus 6,8 Persen

Angka ini merupakan kebalikan dari kuartal IV 2019 yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,3 persen.

Menteri Keuangan Korsel Hong Nam Ki menyatakan, Negeri Ginseng tersebut harus mempersiapkan diri terhadap guncangan yang lebih besar pada kuartal II 2020. Sebab, permintaan dari negara-negara mitra dagang utama masih merosot.

Tindakan penanganan virus corona oleh Korsel dicermati oleh banyak negara lainnya, karena berhasil menurunkan penularan tanpa kebijakan lockdown total seperti di negara-negara lain.

Namun demikian, dampak virus corona terhadap perekonomian global telah membuat ekonomi Korsel yang sangat bergantung pada ekspor menjadi tertekan parah.

Konsumsi swasta Korsel tercatat minus 6,4 persen pada kuartal I 2020. Ini merupakan yang terburuk sejak kuartal I 1998 yang saat itu tercatat minus 13,8 persen.

Baca juga: Moodys Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2020 Terendah Sejak 1998

"Ekonomi (Korsel) kemungkinan masih akan terkontraksi pada kuartal berikutnya, lantaran ekspor akan terus mengalami saat sulit," ujar Moon Jung Hui, ekonom di KB Bank.

"Konsumsi akan membaik, khususnya karena ada peningkatan belanja fiskal. Akan tetapi, ekspor produk-produk utama, termasuk produk petrokimia masih akan menderita," imbuh Moon.

Ekspor Korsel pun tercatat turun 2 persen pada kuartal I 2020 dibandingkan pada kuartal IV 2019.

Namun demikian, investasi konstruksi dan investasi modal tercatat masing-masing naik 1,3 persen dan 0,2 persen.

 

Ekspor selama periode 20 hari pertama bulan April 2020 tercatat anjlok hampir 27 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Pengiriman barang pun diprediksi masih akan merosot dalam beberapa bulan ke depan. Pasalnya, negara-negara mitra dagang utama seperti Eropa dan AS masih menerapkan lockdown.

Park Yang Su, direktur jenderal di Bank of Korea (BOK) mengatakan, ekonomi Korsel menghadapi perjuangan berat untuk kembali mencatatkan pertumbuhan.

Baca juga: Terdampak Virus Corona, Pertumbuhan Ekonomi AS Bisa Nol Persen?

Laju perekonomian pun tergantung pada tingkat keparahan kelemahan permintaan global dan permintaan domestik.

Investor khawatir merosotnya ekonomi China dapat sangat merusak pertumbuhan ekonomi global dan mengganggu permintaan untuk barang-barang ekspor utama Korsel termasuk chip memori dan produk petrokimia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com