Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mampukah Saham-saham BUMN Jadi Penyelamat IHSG?

Kompas.com - 27/04/2020, 08:52 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 membuat seluruh sektor terpukul, termasuk saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada krisis-krisis ekonomi sebelumnya, saham-saham perusahan pelat merah menjadi penyelamat pemulihan Indeks Harga saham gabungan (IHSG) yang terpuruk.

Nah mampukan saham-saham BUMN ini menjadi penyelamat IHSG pada krisis ekonomi 2020?

“Pada krisis ekonomi 2020 pemulihan saham-saham BUMN lebih lambat dibandingkan dengan emiten emiten non BUMN. Saat ini kapitalisasi saham saham BUMN turun hingga 37,8 persen akibat pandemi Covid-19,” kata Analisis Pasar Saham dari Koneksi Kapital Alfred Nainggolan dalam diskusi daring Minggu (26/04/2020).

Dia mengatakan, pada krisis ekonomi 1997-1998  IHSG anjlok sampai 72 persen dan dibutuhkan waktu 8 bulan bangkit dari posisi terendah sejak Oktober 1998. Saham-saham BUMN saat itu lebih cepat pulih sekaligus menjadi motor penggerak pemulihan IHSG .

Baca juga: Pergerakan IHSG Pekan Depan Masih Fluktuatif, Kapan Saat yang Tepat Beli Saham?

Sementara pada krisis ekonomi 2008, IHSG terpuruk 60 persen membutuhkan waktu selama 16 bulan untuk bangkit dari level terendah.

Sedangkan krisis 2020 ini,  pada Maret IHSG sudah terkoreksi hingga 38 persen. Menurut dia, keterpurukan saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya bisa teratasi bila solusi global bisa dilakukan oleh negara-negara di dunia.

“Yang menjadi perhatian para investor di pasar saham saat ini adalah seberapa lama pandemi Covid-19 akan selesai dan durasinya seperti apa. Jika kepastian ini belum ada, kemungkinan pasar terkoreksi lebih dalam dibandingkan krisis ekonomi 1997-1998 akan terjadi,” jelas dia.

Kebijakan buy back (pembelian kembali) saham-saham yang dilakukan oleh pemerintah bertujuan untuk melakukan stabilisasi harga, tidak mendorong kenaikan saham saham emiten non BUMN jika kondisi pasar saham belum membaik.

Menurut dia, saham-saham bank BUMN akan segera mengalami pemulihan apabila ada kepastian dalam penanganan pandemi Covid-19 di dunia. Ia mengatakan, saham BRI, Mandiri, BNI, dan BTN akan direspons positif oleh investor pasar saham usai wabah Covid-19 mengalami tren penurunan dalam penyebaran.

“Saham Bank BUMN saat ini masih undervalue dibandingkan harga saham pada saat pasar saham tidak bergejolak,” tambah dia.

Baca juga: IHSG Akhir Pekan Turun 2,12 Persen, Rupiah Berhasil Bangkit

Dia menyebut, ada kecenderungan pasar untuk menuju tren positif jika tidak ada gelombang kedua wabah Covid-19.

Alfred memprediksi, saham-saham pada sektor Telekomunikasi, IT dan Konsumer tetap akan memiliki kinerja yang baik pada tahun 2020. Pendapatan emiten pada sektor tersebut juga akan positif meskipun wabah Covid-19 masih berlangsung.

Sementara itu. Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean mengatakan, ada tiga dimensi besar dalam krisis ekonomi di tahun 2020 yakni wabah Covid-19, kebijakan sosio-politik untuk menekan penyebaran Covid-19 (social distancing dan physical distancing), dan pengaruh negatif bagi perekonomian dunia.

Menurut Adrian, ketiga kombinasi tersebut saling berhubungan satu sama lain. Misalkan saja, pengaruh ekonomi ditentukan oleh bagaimana kebijakan social distancing ataupun physical distancing yang dilakukan dan dalam jangka waktu tertentu.

Sementara kebijakan social distancing ditentukan berdasarkan kemampuan negara-negara di dunia dalam mengatasi pandemi Covid-19.

“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan vaksin untuk menangani pandemi Covid-19 baru bisa dilakukan 12-18 bulan ke depan. Ini artinya solusi global terhadap krisis ekonomi sekarang baru akan terjadi pada pertengahan 2021 atau pertengahan tahun depan," ungkap dia.

Adrian mengatakan, beberapa masalah yang nantinya akan dihadapi dalam menangani krisis ekonomi 2020 ini adalah terjadinya bentuk polarisasi di dunia. Polarisasi tersebut terjadi lantaran persaingan antara Rusia dengan OPEC, rivalitas antara China dan Amerika Serikat, Eropa versus Eropa, negara kaya dan negara miskin.

“Polarisasi inilah yang membuat solusi secara global menghadapi sejumlah kendala yang harus terlebih dahulu diatasi,” jelasnya.

Baca juga: Menelusuri Pemilik Saham Ruangguru Pte Ltd Singapura yang Diklaim Milik Belva

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com