Lebih lanjut Adrian menuturkan, krisis akibat pagebluk virus corona pada 2020 ini memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan krisis tahun 1998 dan tahun 2008. Krisis yang berbeda memiliki pola pemulihan yang berbeda pula.
Berbagai upaya memperlambat penyebaran virus memunculkan efek ekonomi finansial.
Efek ini datang dari kejutan sisi penawaran (supply-side shock), turunnya permintaan agregat (demand-side shock), dan perubahan mendasar dari psikologi para pelaku ekonomi (behavioral shift).
"Tingginya ketidakpastian akan trajektori data serta perubahan fundamental dalam hubungan antar-variabel akibat perubahan perilaku (behavioral shift) membuat kami berkeputusan melakukan proyeksi ekonomi dengan teknik berbeda," ungkap Adrian.
Baca juga: BPS: Tenggat Waktu Sensus Penduduk secara Online Kemungkinan Diperpanjang
Dalam melakukan proyeksi ekonomi, imbuh Adrian, pihaknya melakukan tiga pendekatan, yaitu market behavior, policy process analysis, dan analisis partial-equilibrium.
Parameter-parameter yang dihasilkan lewat ketiga teknik itu kemudian dirangkum dalam sebuah model finansial.
"Kami menyimpulkan bahwa Indonesia mengalami resesi di tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020 akan lebih rendah dari kuartal IV 2019, bahkan bila memperhitungkan faktor musiman. Pertumbuhan PDB juga akan negatif di kuartal II 2020," sebut Adrian.
Adrian bilang, pertumbuhan ekonomi mulai bergerak positif pada semester I 2020.
Baca juga: BPS: Terjadi Lonjakan Ekspor Masker pada Februari 2020
Namun, untuk keseluruhan tahun 2020, Adrian memprediksi pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 1,8 persen secara tahunan (year on year/yoy) dengan rerata inflasi 2,7 persen.
"Tingkat pengangguran yang kami pandang cukup konsisten dengan definisi pengangguran terbuka yang dianut Indonesia adalah 8 persen. Yang akan naik tajam adalah jumlah pekerja paruh waktu dan setengah menganggur. Dengan demikian, krisis 2020 akan mengubah komposisi angkatan kerja Indonesia," pungkas dia.
(Sumber: KOMPAS.com/Fika Nurul Ulya | Editor: Sakina Setiawan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.