Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan BPS: Pengeluaran Rokok Lebih Besar dari Kebutuhan Beras

Kompas.com - 28/04/2020, 17:48 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pengeluaran konsumsi per kapita dalam sebulan penduduk Indonesia sepanjang tahun 2019. Pengeluaran per kapita untuk kebutuhan makanan sebesar 49,14 persen.

Sementara pengeluaran untuk kebutuhan non-makanan dicatat sebesar 50,86 persen. Dari data pengeluaran makanan tersebut, jumlah uang yang dikeluarkan untuk rokok nilainya cukup besar.

Menurut BPS, pengeluaran untuk membeli rokok dalam sebulan mencapai 6,05 persen secara rata-rata nasional. Angka per kapita menghitung seluruh populasi penduduk di Indonesia.

Banyak penduduk non-perokok dimasukan dalam variabel. Sehingga angka riil pengeluaran untuk rokok bisa lebih besar.

Baca juga: Upah Riil Buruh Turun, BPS Sarankan Pemerintah Buat Kebijakan Tepat

Pengeluaran uang untuk membeli rokok ini lebih besar dibanding uang yang dipakai untuk membeli beras yakni sebesar 5,57 persen sebulan.

Masih menurut catatan BPS, dalam satu bulan, pengeluaran rokok masyarakat Indonesia ini setara dengan gabungan pengeluaran susu, telur ayam, dan sayur-sayuran.

Untuk pengeluaran pada komoditas makanan, paling banyak digunakan untuk membeli makanan dan minuman jadi.

Sementara itu jika didasarkan pada pengeluaran konsumsi non-makanan per bulan, penyumbang terbesarnya yakni perumahan dan fasilitas rumah tangga (25,49 persen atau Rp 297.019). Kemudian berturut-turut pengeluaran untuk aneka komoditas dan jasa (12,40 persen).

Baca juga: BPS: Maret 2020, Harga Beras Semua Kualitas Relatif Stabil

Lalu pakaian, alas kaki, dan tutup kepala (3,03 persen). Berikutnya komoditas tahan lama (5,04 persen). Pajak, pungutan, dan asuransi (3,01 persen), dan keperluan pesta (1,89 persen).

BPS juga merilis data rata-rata pengeluaran per kapita selama sebulan setiap provinsi. Ringkasnya, provinsi dengan pengeluaran per kapita terendah dalam sebulan di 2019 yakni NTT sebesar Rp 750.693, lalu Sulawesi Barat Rp 841.013, dan Lampung Rp 929.024.

Jika dilihat secara keseluruhan, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk Indonesia sebesar Rp 1.165.241 atau meningkat 3,6 persen dibandingkan tahun 2018.

Rokok penyumbang kemiskinan

BPS mencatat bahwa pengeluaran rokok, khususnya rokok kretek filter, menjadi komoditas penyumbang terbesar kedua pada kemiskinan setelah makanan.

Dalam catatan BPS seperti dikutip Antaranews, angka kontribusi rokok sebesar 11,17 persen di perkotaan dan 10,37 persen di pedesaan.

 

"Rokok kretek filter menjadi terbesar kedua terhadap garis kemiskinan," kata Kepala BPS Cuk Suhariyanto.

Persentase kontribusi rokok pada angka kemiskinan hanya kalah dari komponen makanan, dalam hal ini beras, yang berada di posisi pertama dengan kontribusi 20,35 persen di perkotaan dan 25,82 persen di pedesaan.

Baca juga: Bea dan Cukai Tunda Survei Harga Rokok hingga Juni 2020

Di posisi selanjutnya berturut-turut yakni telur ayam ras dengan sumbangan 4,44 persen di perkotaan dan 3,47 persen di pedesaan. Daging ayam ras kontribusi 4,07 persen di perkotaan dan 2,48 persen di pedesaan.

Makanan lain, mi instan juga berkontribusi besar pada angka kemiskinan dengan sumbangan 2,32 persen di perkotaan dan 2,16 persen di pedesaan.

Jenis makanan lainnya yang berkontribusi besar yakni gula pasir, kopi bubuk, dan instan. Sementara itu, komponen nonmakanan yang berkontribusi besar baik di perkotaan maupun pedesaan di antaranya perumahan, BBM, listrik, pendidikan, sampai perlengkapan mandi.

Menurut BPS, garis kemiskinan adalah suatu nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan nonmakanan yang harus dipenuhi agar tidak dikategorikan miskin.

Baca juga: Mulai Februari Ada Dua Harga Rokok di Pasaran, Mengapa?

Artinya, penduduk dikatakan miskin adalah mereka yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.

Garis kemiskinan per September 2019 ditetapkan BPS sebesar Rp 440.538 per kapita per bulan. Nilai garis kemiskinan ini naik 7,27 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com